Kamis, 29 April 2010

Berharap Pada Perguruan Tinggi Idaman

بسم الله الرحمن الرحيم

Miris.
Sedih, gelisah berkalut-kalut!

Setiap hari yang kudengar dan kubaca berita, hampir seluruhnya hal-hal buruk tentang atau yang terjadi di negeri ini.

Pincang. Sangat tak berimbang.

Di sana anak negeri menyetak prestasi gemilang, sedang di sini berbagai keributan terjadi tak keruan.

Indonesia butuh, tidak, kitalah yang butuh generasi penerus yang dapat memperbaiki keadaan negeri ini.

Tapi hatiku lemas kala melihat teman-temanku yang guling-gulingan saat menghadapi kenyataan tak lulus ujian. Walau pun mereka disebut sebagai siswa terbaik di sekolahnya, apakah selemah itu diri mereka??!

Walau aku lulus dengan cara yang dipertanyakan, tapi aku bangga dengan beberapa sahabat yang kukenal di mana mereka telah siap mental menerima kegagalan. Mereka siap! Dan mereka menolak mengikuti arus yang mengarah ke kubangan...

Noda kini tak segan menempel di sekolah-sekolah tempat para pemuda disiapkan untuk membangun negeri. Lantas, mau dibawa ke mana negeri ini??

Ya, aku pun menyadari dan mengakui, bahwa diri telah terluka borok akhlaq dan mental. Aku pun bingung, saat ingin memperbaiki idealisme, kutemukan kebanyakan mereka beridealisme duit.

Hanya beberapa orang yang masih teguh. Kebanyakan mereka masih 'hangat' baru diwisuda, baru keluar dari tempat idealisme mereka menguat, universitas.

Hmm. Mungkin di sanalah tempat berada orang-orang beridealisme tinggi membangun negeri. Universitas-universitas, jenjang yang akan kutempuh.

Tapi kemudian aku ragu. Bukankah para 'pemain' di belakang berbagai institusi yang kini terkenal 'kotor' pun belajar di universitas juga? Yah, nyatanya lama kelamaan sebagian besar mereka kehilangan idealisme karena menghadapi 'dunia sesunguhnya'.

Kini aku pun memimpikan perguruan tinggi idaman. Perguruan tinggi terbaik untuk aku belajar. Ya, perguruan tinggi dengan pendidikan bagus dalam akademis dan kepribadian serta dapat memelihara idealisme almameternya sehingga apa yang ilmu yang diterima bisa berguna bagi bangsa, bukan malah untuk mengakal-akali rakyat.

Perguruan tinggi yang juga mengadakan kegiatan untuk memupuk idealisme sehingga motivasi lulusannya adalah kesejahteraan orang banyak.

Perguruan tinggi dengan fasilitas cukup, karena kupikir seharusnya kita juga diajari untuk tidak manja dan cengeng. Tapi bukan berarti fasilitas seadanya karena kita juga harus 'melek' teknologi dan tanggap tuntutan zaman.

Perguruan tinggi yang ikut andil dalam memajukan masyarakat secara luas dan bijaksana dalam menuntut atau menyikapi pemerintah (bukan dengan demo melulu yang sering tanpa hasil malah banyak kerugian).

Perguruan tinggi favorit Indonesia, ya, Indonesia! Bukan perguruan tinggi favorit masyarakatnya, karena saat ini kita teracuni oleh gengsi.

Perguruan tinggi yang benar-benar mencetak manusia-manusia yang membangun negeri dan terus bejuang walau sering diacuhkan.


Dan, inilah Universitas Islam Indonesia yang mengadakan Lomba Blog UII. Kuharap dasarnya adalah menghias diri dan bersama universitas-universitas lain sehingga dapat menjadi institusi pendidikan tulang punggung kemajuan.

Langkah yang diambil Universitas Islam Indonesia untuk menyaring ide dan opini sehingga terbentuk konsep demi terwujudnya perguruan tinggi idaman, tulang punggung kemajuan.

Melalui Lomba Blog UII ini kusuarakan apa yang terlintas dalam pikiran walau berantakan dalam penyusunan...

Dan kuharap suatu saat nanti aku dan saudara-saudaraku dapat memajukan negeri...

Senin, 19 April 2010

Melindungi Agama

بسم الله الرحمن الرحيم

Mereka bilang agama tidak butuh dilindungi karena agama tidak bisa dinodai...

Mereka mempertanyakan bagaimana kita bisa berpikir bahwa agama kita paling sempurna jika ternyata kita harus melindungi agama...

(Coba baca ini)

Padahal, tidak hanya melindungi agama, kita pun diperintahkan untuk menjaga Allah.


الحديث التاسع عشر: عن أبي العباس عبدالله بن عباس رضي الله عنهما قال: كنت خلف النبي صلى الله عليه وسلم يوماً، فقال لي: “يا غلام، إنّي أعلمك كلماتٍ: احفظ الله يحفظك، احفظ الله تجده تجاهك، إذا سألت فاسأل اللهَ، وإذا استعنت فاستعن بالله، واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك، وإن اجتمعوا على أن يضرّوك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك، رفعت الأقلام وجفت الصحف”، رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح. وفي رواية غير الترمذي: “احفظ الله تجده أمامك، تعرّف إلى الله في الرخاء يعرفك ف الشدة، واعلم أن ما أخطأك لم يكن ليصيبَك، وما أصابك لم يكن ليخطئَك، واعلم أن النصر مع
"الصبر، وأن الفَرَج مع الكرب، وأنّ مع العسر يسراً

Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dia berkata: “Suatu hari (ketika) saya (dibonceng Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) di belakang (hewan tunggangan) Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda kepadaku: “Wahai anak kecil, sungguh aku akan mengajarkan beberapa kalimat (nasehat penting) kepadamu, (maka dengarkanlah baik-baik!): “Jagalah (batasan-batasan syariat) Allah, maka Allah akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan syariat) Allah, maka kamu akan mendapati Allah di hadapanmu (selalu bersamamu dan menolongmu), jika kamu (ingin) meminta (sesuatu), maka mintalah (hanya) kepada Allah, dan jika kamu (ingin) memohon pertolongan, maka mohon pertolonganlah (hanya) kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa seluruh makhluk (di dunia ini), seandainya pun mereka bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) bagimu, maka mereka tidak mampu melakukannya, kecuali dengan suatu (kebaikan) yang telah Allah tuliskan (takdirkan) bagimu, dan seandainya pun mereka bersatu untuk mencelakakanmu, maka mereka tidak mampu melakukannya, kecuali dengan suatu (keburukan) yang telah Allah tuliskan (takdirkan) akan menimpamu, pena (penulisan takdir) telah diangkat dan lembaran-lembarannya telah kering.” HR At Tirmidzi (7/228-229 -Tuhfatul Ahwadzi), hadits no. 2516), disahihkan oleh Syaikh Al Albani), dan dia berkata: (hadits ini adalah) hadits hasan sahih.


Dan dalam riwayat lain selain At Tirmidzi (Diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid dalam Musnadnya dan sanadnya lemah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Rajab (hal. 460), akan tetapi Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini dalam Musnad beliau (1/307) dengan sanad lain yang sahih): “Jagalah Allah, maka kamu akan mendapati Allah di hadapanmu (selalu bersamamu dan menolongmu), kenalkanlah/dekatkanlah (dirimu) pada Allah disaat (kamu dalam keadaan) lapang (senang), supaya Allah mengenali (menolong)mu disaat (kamu dalam keadaan) susah (sempit), dan ketahuilah, bahwa segala sesuatu (yang telah Allah ta’ala tetapkan) tidak akan menimpamu, maka semua itu (pasti) tidak akan menimpamu, dan segala sesuatu (yang telah Allah ta’ala tetapkan) akan menimpamu, maka semua itu (pasti) akan menimpamu, dan ketahuilah, sesungguhnya pertolongan (dari Allah ta’ala) itu selalu menyertai kesabaran,dan jalan keluar (dari kesulitan) selalu menyertai kesulitan, dan kemudahan selalu menyertai kesusahan.” (Hadits disalin dari sini)

Baik, agama memang tidak butuh perlindungan. Hal-hal yang diada-adakan dalam agama dan dihubung-hubungkan dengan Islam secara otomatis tertolak oleh landasan-landasan ber-Islam yang sudah sudah sempurna. Walau diri ini masih sangat awam dalam mempelajari kaidah-kaidah tersebut.

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa 398 karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(Kutipan ayat Al-Qur`an surah Al-Maidah ayat 3)

Kita memang gak usah ngebela agama kita, tapi kita sendirilah yang harus melindungi keagamaan kita, ke-Islaman kita.

Jika kita memiliki seorang ayah yang sangat kuat perkasa dan sangat kita hormati lalu kemudian ada orang yang mengolok-ngolok ayah kita, apakah lantas karena ayah kita tersebut perkasa kita diam saja?

'Biarkan saja! Ayahmu kan perkasa ini! Nanti dibalas dia!'

Itu mah pengecut! Pasti ada rasa marah dan ingin kita untuk melabrak atau paling tidak 'membersihkan' ayah kita dari ejekan tersebut sesuai dengan tingkat hormat dan cinta kita terhadap ayah.

Apalagi agama yang jauh lebih sakral!

http://muslim.or.id/soal-jawab/soal-95-allah-tidak-perlu-dibela.html

Wallahu A'lam...

IT IS NOT THE DESTINATION, BUT THE JOURNEY

بسم الله الرحمن الرحيم


[...]Suatu tempat tidak selalu indah dan bagus. Kenangan perjalanan yang paling saya ingat pun bukanlah tentang keindahan arsitektur suatu bangunan atau putihnya pasir pantai, tapi pesawat yang delay atau orang lokal yang tidak ramah. Pengalaman (yang sering tak terduga) saat melakukan perjalanan adalah jauh lebih berwarna. Seperti kata pepatah: it's not the destination, but the journey. (ngutip kalimat Bu Trinity "The Naked Traveler" dari pembukaan The Naked Traveler 2. Blognya di sini.)

Ya, jika yang dimaksud dengan destination adalah tempat tujuan dari perjalanan. Apa yang kita cari bukanlah tempat tujuannya, tapi apa yang kita rasakan dan alami ketika berada di tempat tujuan mau pun dalam perjalanan.

Analogikan dengan keadaan sekarang... sebagai siswa SMA di tahun terakhir yang sudah melalui tahapan berjuang dalam segala ujian sekolah dan kini berjuang mendapatkan kursi pendidikan lanjut.

Yang dicari adalah pendidikan serta pengalaman dalam kehidupan untuk meningkatkan kualitas diri. tu yang harus dicamkan! Kita tidak mencari perguruan tingginya, tapi pelajaran sebagai bekal mengarungi dunia.

Lalu, jika destination diartikan adalah maksud (lihat di sini) maka kalimat it's not the destination, but the journey memiliki makna peringatan bahwa kita tidak boleh lengah. Bahwa ini bukanlah tujuan utama, tapi baru perjalanan.

Tidak boleh terlena dengan apa-apa yang terasa nikmat dalam perjalanan.

Tidak boleh putus asa ketika gagal karena itu bagian dari perjalanan.

Sadari bahwa diri tidak boleh lemah karena perjalanan ini masih sangat panjang.

Bagi Anda, pepatah "it's not the destination, but the journey" membuat Anda berpikir apa?

Minggu, 11 April 2010

Semangat buat peserta SIMAK UI! Pikiran realistis juga bisa memotivasi!

بسم الله الرحمن الرحيم

FIGHT FOR SIMAK UI 2010!!!!! Yeah!

Hari ini adalah medan pertempuran, perjuangan dan persaingan. Yup! SIMAK UI bagaikan sayembara bagi para ksatria ilmu untuk mendapatkan almameter kuning dengan kharisma intelegensi tingkat tinggi di tanah air. Menurut mereka, almameter itu memiliki 'kesaktian' yang dapat membantu mereka meraih cita-cita. Kau tahu? Bahkan dengan mengenakannya saja, almameter itu 'menyihir' mental sehinggga ada rasa percaya diri lebih.

Setidaknya bagi mereka (soalnya ana sendiri memilih tempat lain, hehe).

Saudara-saudara dan teman-teman di seluruh tanah air pasti udah berbulan-bulan mempersiapkan diri. Berkali-kali TO mereka ikuti. Selalu, setelah TO, mereka membandingkan nilai yang diraih dengan nilai standar untuk mendapatkan kursi pendidikan tingkat tinggi di jurusan yang mereka inginkan dalam Universitas Indonesia.

Ana jadi teringat bagaimana medan persaingan kemaren, dalam PBS UGM. Jujur, mendekati hari pelaksanaan ujian tertulis ana merasa kurang percaya diri. Apalagi pernah terdengar sebagian orang berkata soalnya lebih sulit dari pada soal SIMAK UI. Dan (mungkin) itu benar ternyata salah (menurut temen yang ikut UTUL dan SIMAK juga pas ane liat lagi soal SIMAK yang dibawa temen).

Pada saat ujian berlangsung, pikiran ana langsung gak fokus. Tanpa ngelebih-lebihin, ana langsung bingung pas ngeliat soal. Ya, mungkin faktor psikologi ana yang lagi kurang fit. Dan karena itu mental ana langsung jatuh saat bel tanda ujian berakhir berbunyi. Rasanya... Gak mungkin ana lulus... Perasaan itu langsung ana tumpahkan dalam status dan ana bagi lewat blog ini: Penat Kecewa.

Rasa pesimis ini juga melanda sebagian peserta SIMAK UI. Yah, rasa pesimis dengan usaha mungkin lebih baik dari mereka yang malah santai dan menyepelekan. Seperti salah satu tweet temen ane beberapa saat sebelum SIMAK UI:

gue ga optimis, karena gue realistis..tweet

Apa yang terlintas dalam pikiran antum pas baca tweet ini?

Satu kata dan satu frase, 'realistis' dan 'gak optmis', mengingatkan ana sebuah kisah dalam novel Sang Pemimpi. Ketika Ikal mulai memikirkan dirinya sendiri yang jika dipikir-pikir akan bernasib sama seperti kawan jeniusnya dahulu, Lintang. Saat itu dia 'teracuni' oleh pikiran realistisnya bahwa seperti apapun dia belajar dan berusaha, dia tidak akan menjadi lebih dari kuli ngambat setelah SMA. Pikiran yang menghasilkan rasa pesimis ini mengakibatkan dirinya terdepak jauh dalam pelajaran setelah selama itu dia selalu duduk di kursi 'Garda Terdepan'.

Untungnya, setelah itu dia dinasehati oleh Gurunya dan saudaranya. Masih ada, walau semester lagi, dia memperbaiki diri dan menguatkan hati untuk mengejar cita yang bagai hanya khayal bagi remaja miskin di pelosok melayu: kuliah di altar agung Sorbonne.

Yang ana pelajari, pikiran realistis yang melemahkan itu karena itu adalah pikiran realistis parsial atau pikiran realistis sebagian (sok tahu, iseng bikin istilah sendiri). Mereka hanya menyadari kenyataan yang ada pada diri mereka tanpa melihat kenyataan di sekitar mereka mau pun kenyataan yang terjadi dalam sejarah.

Bukannya Thomas Alfa Edison tidak menempuh pendidikan formal tapi dapat menyiptakan berbagai penemuan bermanfaat modern? Bukannya dulu Galileo Galilei ditentang dalam kegigihannya dalam teori heliosentris? Bahkan ketika dia membuktikan bahwa perbedaan masa tidak memengaruhi kecepatan benda saat dijatuhkan secara bersamaan, orang-orang yang menyaksikan menganggapnya sebagai tipuan bahkan sihir?

Bahkan kita bisa belajar dari perkembangan Islam yang pesat (walau kini pemeluknya tengah mengalami degradasi iman dan ilmu, termasuk ana) padahal Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Salam adalah seorang yang buta huruf?

Pikiran realistis kita hanya melihat pada kekurangan tanpa melihat pada peluang. Tidak belajar dari sejarah pada orang-orang yang menurut kita tidak mungkin meraih pencapaiannya. Kejadian empiris yang seharusnya dapat kita jadikan pelajaran serta motivasi.

Jadi, jika berpikir realistis, jangan hanya memikirkan kelemahan diri, tapi pikirkan juga kejadian-kejadian yang tak mungkin terjadi namun nyatanya terjadi.

Semangat buat teman-teman yang berjuang dalam SIMAK UI atau jalur-jalur lain ke universitas-universitas lainnya!

Selasa, 06 April 2010

Air Mancur Depan Ruang Ujian

بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Jepretan
Hehehe, ginilah klo lagi agak ngeblank di pagi hari menjelang ujian. Duduk sendiri menghadap kolam. Jepret asal ke arah objek yang diminati. Masih agak ngantuk. Walau diniatin dateng pagi biar belajar dulu di sekolah, ane gak langsung buka buku pas dateng di ruang ujian. Bahkan naro tas pun belum.

Karena belum banyak orang, ane nyempetin sekitar lima belas menit nongkrong di pinggir kolam depan ruang ujian. Ngeliatin air yang menyembur ke atas dengan suatu kecepatan. Kecepatan itu mengalami perlambatan negatif karena arah gaya dorong pompa berlawanan arah dengan gaya gravitasi. Pada ketinggian tertentu air mulai melengkung kemudian kehilangan kecepatannya sesaat pada puncak lengkungan. Sesaat, hanya sesaat, sepersekian detik air mengalami resultan gaya sebesar nol selanjutnya ia langsung mendapat percepatan ditarik gaya gravitasi meluncur ke permukaan air di kolam.

Peristiwa itu terus berulang pada air yang secara simultan tersembur membentuk sebuah parabola. Parabola yang bermula dari pipa dan berakhir pada permukaan air kolam. Saling membentur membentuk gelombang transversal melingkar.

Tenang, itulah sensasi yang terasa. Terdiam mengamati dan tak bosan menikmati. Padahal air mancur dan kolam ini biasa, dilewati lalu lalang tiap hari selama masa ujian (dan udah lebih dari tiga kali masa ujian). Tapi jika sudah sendiri di pagi hari maka tak bisa berhenti memandangi.

Kontinuitas sederhana bagiku tampak luar biasa.

Memang tidak menghilangkan gundah gulana akan ujian hari itu. Dan, ya, kalau tidak ingat materi ujian yang belum kukuasai mungkin aku akan terhipnotis duduk memandangi terus sampai pukul delapan.

Kamis, 01 April 2010

Anak Kecil Itu

بسم الله الرحمن الرحيم

Kesel abis. Itu anak kecil gak bisa diem pas shalat, bolak-balik ngacauin shaff...

Lebih dari itu, dia bahkan gangguin temennya yang serius shalat. Mukul, nyolek juga ngatain. Wajar karena anak kecil juga temennya itu udah nahan tapi akhirnya ngebales juga. Maunya dia sih setelah ngebales si anak tadi diem tapi pastilah dia ulang lagi.

Kayak gitu hampir tiap hari pas shalat Ashar. Soalnya anak itu belajar di madrasah sebelah masjid.

Imam dan bapak-bapak jama'ah lain juga guru dari madrasahnya udah ngingetin. Tapi gak berubah.

Ane sendiri pun sesekali manggil anak itu nyoba ngasih tau selembut mungkin.

Well, sebenarnya ane kira imam dan bapak-bapak lebih ke ngasih anceman untuk ngingetin anak itu.

Teringat ketika di pesantren dulu, ketika seorang santri yatim SD bermain-main dalam shalat dan kegaduhan yang dibuatnya sampai imam tau. Selesai shalat si anak dipanggil lalu disuruh mengulang shalatnya.

Ya, shalatnya tadi belum sah. Walau dia belum baligh dan pena belum menggores catatan amalan tapi secara fiqih memang shalatnya tidak sah dan harus dibiasakan sejak dini bagaimana shalat yang sempurna.

Kemudian ane menertawakan diri sendiri karena suatu saat kemudian ane ditanya tentang suatu hadits tapi nggak hapal dan ternyata anak itu melafalkannya dengan lancar... Hahaha...

Tawa pun terhenti berganti dengan sedih. Karena berita tentang seorang anak. Anak yang lain. Masih sangat kecil. Tapi lingkungannya mengarahkannya pada moral yang buruk. Hingga mulut mungil itu terbiasa mengatakan hal-hal kotor. Bahkan merokok!!

Enggan memberikan link dan ane rasa kalian udah tau. Salah kita. Bahkan mungkin moral kita sendiri sudah... Tapi selama masih sadar berarti masih bisa berubah.

Menengok adik sendiri, anak-anak kecil di lingkungan dan anak-anak kecil kerabat, ane sedih gak bisa berbuat banyak tapi paling tidak ane sendiri berusaha menjaga mereka dari kerusakan moral. Walau sedikit.