Sabtu, 02 Oktober 2010

Mari Merenung dengan Artikel 'Murtad Karena Pacar'

بسم الله الرحمن الرحيم

Sebuah judul dalam rubrik Konsultasi Keluarga dari Majalah Qiblati...


MURTAD KARENA PACAR

Assalamu’alaikum ww. Berita duka, telah mati (iman dan hati) adik kami Fulanah yang akhirnya murtad masuk suatu agama demi cintanya pada lelaki non-muslim. Banyak nasihat semampu ilmu kami telah kami sampaikan, tapi dia tetap pilih jalannya sendiri. Apa ada jalan keluar sebelum terjadi pernikahan non-Islam? Wassalam.


Ikhwati –semoga Allah merahmati kita semua- kejadian di atas telah terjadi dan benar-benar terjadi atas salah seorang saudara kita. Sedang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. Ali Imran (3): 85)
“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?" Mereka menjawab: "Benar (telah datang)." Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir.” (Q.S. Az-Zumar (39): 71)
Dan... Allah memerintahkan kepada kita

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim (66): 6)

Maka ini adalah jawaban yang diberikan oleh Asy-Syaikh hafidzhahullah yang dapat ana salin hanya sampai analisa beliau. Kemudian ana tulis beberapa pelajaran di bawahnya. Semoga kita bisa mengambil manfaat.

Jawab: Wa’alaikumussalam warahmatullah. Hayyakallah, selamat datang di majalah Qiblati.
Sungguh Engkau telah membuat saya sedih dengan kesedihan besar karena berita menyakitkan ini. Sungguh saya letakkan banyak celaan kepada Anda dan keluarga Anda. Anda semua turut andil dalam menelantarkan putri Anda sekalian, dengan penelantaran yang dengannya nanti dia akan kekal selamanya di dalam neraka Jahannam. Anda sekalian membatasi permasalahan hanya pada kemurtadannya masuk agama lain. Sementara permasalahan pokok bukanlah itu. Mustahil dia masuk agama lain sebelum dia melalui beberapa fase ketelantaran yang Anda biarkan. Kemudian saat kapak sudah mengenai kepala, dan dia masuk Agama lain, kalian terjaga. Sangat disayangkan, Anda sekalian terlambat menjaga.

Tidak mungkin bagi orang yang berakal bisa membenarkan bahwa setelah dia selesai mendirikan shalat shubuh, kemudian dia umumkan keluarnya dia dari Islam dan masuknya dia dalam agama lain.
Tidak mungkin bagi orang yang berakal membenarkan, bahwa setelah dia selesai dari puasa Ramadhan dan qiyamullail di dalamnya lalu mengumumkan keluarnya dia dari Islam dan masuknya dia dalam agama lain.
Tidak mungkin kita bisa percaya, bahwa setelah dia menghadiri majelis taklim, serta berteman dengan teman-teman yang baik lalu mengumumkan keluarnya dia dari Islam dan masuknya dia dalam agama lain.
Jadi, haruslah dia telah melewati fase meninggalkan kajian Islam, meninggalkan shalat, dan ibadah-ibadah lain secara umum hingga dia jauh sama sekali dari Allah. Kemudian, setelah itu, di bawah pengaruh perasaan dan kecintaannya kepada pacar beragama lain, dia memutuskan untuk masuk agama tersebut karena dari asalnya dia memang tidak konsisten dengan ajaran-ajaran Islam.
Maka Anda sekalian, sungguh disayangkan, telah meremehkan jauhnya dia dari agama. Anda juga telah meremehkan jauhnya dia dari akhlaq mulia dengan memberikannya kebebasan untuk berkenalan dan berteman bahkan berpacaran dengan orang yang seperti itu. Maka inilah hasil memilukan yang kita berikan ucapan selamat kepada orang-orang pemeluk agama tersebut akan masuk Islamnya gadis yang tidak tahu sama sekali agamanya ini, dan sebaliknya kami harap mereka memberikan selamat kepada kita, karena masuk Islamnya ulama-ulama mereka ke dalam Islam. Inilah perbedaan antara Islam dan agama tersebut.
Sesungguhnya saya, wahai saudaraku, dengan ucapanku ini, berkata sedikit keras kepada Anda dan juga kepada keluarga Anda. Karena di sana juga terdapat banyak keluarga yang melewati cobaan seperti cobaan Anda sekalian dalam keteledoran. Maka saya ingin agar semuanya terbangun. Cukuplah sekali tidur, cukup sekali keteledoran, dan cukup sekali penelantaran.
Sesungguhnya saya akan menjawab Anda, dan saya mengkhawatirkan para da’i yang saya adalah bagian dari mereka, kami akan dihisab di hadapan Allah atas keteledoran kami sehingga saudari Anda terlantar seperti itu. Maka di manakah peran kami dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat? Jika ini adalah apa yang kami rasakan, maka bagaimana pula dengan Anda dan keluarga Anda pada hari Anda sekalian berdiri di hadapan Allah?!
Saudaraku yang mulia.
Sekarang mari kita tinggalkan masa lalu yang wajib bagi kita untuk bisa mengambil pelajaran darinya. Hendaknya sekarang kita berfikir bagaimana mengembalikan saudari kita ini kepada himpunan Islam. Sesungguhnya ini, sebagaimana ini adalah tanggung jawab saya, dan tanggung jawab ulama di daerah Anda, maka hal ini juga tanggung jawab Anda, hendaknya kita semua menanggung tanggung jawab ini bersama-sama.
Betapa saya berangan-angan, seandainya Anda meminta bantuan kepada para da’i di daerah Anda sejak awal. Agar mereka turut andil bersama Anda dalam menyelesaikan permasalahan yang sulit ini. Terutama mereka yang memiliki ilmu luas dari sisi syar’i, juga memiliki pemahaman dalam hal bagaimana bermuamalah dengan kondisi seperti ini, serta mengetahui pokok-pokok ajaran agama tersebut. Hal ini biasanya di atas kemampuan Anda.
Sekarang, musibah telah terjadi, wajib bagi kita semua untuk memahami beberapa perkara penting dalam mendiagnosa permasalah ini agar kita bisa menentukan obatnya, yaitu:
Sesungguhnya kepindahan seorang manusia dari agama bukanlah perkara yang mudah. Itu bukanlah satu keputusan ringan yang mungkin seorang untuk mengambilnya begitu saja tanpa sebab-sebab yang dia lihat dari sisi pandangnya yang dia menjadi puas. Lalu jadilah perkara itu sebagai pendorong kuat menuju keputusan untuk berpindah dari agamanya. Berdasarkan hal ini, tidak benar sama sekali kita bermuamalah dengan seorang manusia yang telah melewati kondisi ini tanpa berusaha merenungan sebab-sebabnya dengan bentuk jelas dan konkrit, agar memungkinkan bagi kita untuk berfikir di jalannya demi mengobatinya, serta menentukan paling baik dalam bermuamalah dan mendakwahinya.
Saudari Anda, tidak akan masuk agama tersebut hanya sekedar karena ingin menikah dari seorang penganut agama tersebut saja. Bahkan harus ada beberapa faktor kuat yang mendorongnya untuk pindah agama. Kadang laki-laki dari golongan pemeluk agama tersebut itu memberikan beberapa syubhat kepadanya akan agama Islam yang kemudian menggoncangkan kepercayaannya kepada agamanya. Kemudian dia menjelaskan kepadanya akan ajaran-ajaran agama tersebut yang di dalamnya dia bisa bebas dari ikatan agama yang mengikatnya dengan berbagai macam ibadah. Dikarenakan bebas dari keistiqamahan ibadah sesuai dengan kondisi yang dia alami di masa Islamnya yang tidak konsisten dengan shalat dan ibadah-ibadah lain. Oleh karena itulah dia menemukan kebebasan dari ikatan ibadah harian yang sesuai dengan kehidupannya. Maka jadilah hal itu termasuk sebab-sebab yang turut andil dalam rangka dia meninggalkan agamanya lalu masuk agama tersebut.
Kadang, bukan hanya pacar berbeda agamanya yang mempengaruhi, kadang juga terhadap pengaruh-pengaruh lain yang kita tidak mengetahuinya, apakah dari orang lain, atau teman-teman wanita yang jelek, atau juga buku-buku yang mendiskreditkan Islam. Barangkali salah satu faktor inilah yang mempengaruhi dan membantu keluarnya dia dari agamanya.
Sesungguhnya, seorang manusia yang lemah pondasinya, serta sedikit pengetahuan terhadap agamanya, dengan tabiat seperti itu, dia tidak akan bisa berpegang dengan kuat di hadapan perdebatan apa pun dari agama lain yang bagus permainannya dengan menggunakan akal, logika dan filsafat. Yang hal itu menjadikannya meragukan agamanya. Jika tidak ada seseorang yang membantunya, maka dia akan meninggalkan aqidahnya, bisa kepada atheis, atau juga kepada agama orang yang turut andil dalam membuatnya ragu, lalu dia pun meninggalkan fitrahnya yang lurus, kepada aqidah lain yang rusak, batil,lagi sesat.
Lalu, tambahan itu semua, saudari Anda mendapatkan pendorong untuk mengubah agamanya demi memenuhi keinginannya untuk menikah dengan seorang pemeluk agama tersebut yang Islam telah melarang dan mengharamkan pernikahan ini.
Termasuk perkara yang dikukuhkan adalah bahwa terdapat keterputusan hubungan antara saudari Anda dengan masyarakat. Telah hilang perasaan hubungan, dan kasih sayang antara dia dengan anggota masyarakat muslim yang dia hidup di dalamnya. Sebaliknya, barangkali dia mendapatkan masyarakat baru, yang membuat-buat ajaran bagus, kokoh dengan berbagai jalan yang tersusun rapi. Di mana masyarakat baru itu turut andil mengeluarkannya dari Islam, agama Allah yang haq kepada agama batil.
Inilah analisa kejiwaan yang wajib bagi kita untuk memahaminya, sementara kita mengambil permasalahan yang wajib bagi kita untuk bersungguh-sungguh dalam menyelesaikannya semampu kita, dan taufik hanyalah dari Allah. Kita ambil sebab-sebab hidayah dan perbaikan, kita curahkan segenap upaya dalam melakukan perubahan dan memberikan petunjuk. Kemudian kita tinggalkan buahnya untuk Allah.
Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” (Q.S. Yasin (36): 17)
Maka saya memohon taufik kepada Allah bagi kami, Anda, baginya, serta bagi seluruh kaum muslimin.
Ada pun beberapa hal yang bisa ana ambil pelajarannya:

1. Seringkali kita baru sadar akan bahaya yang menimpa ketika bahaya tersebut tepat di hadapan kita. Ini adalah bahaya dari kelalaian kita, menelantarkan orang dekat atau diri kita sendiri jauh dari beragama. 

2. Jangan meremehkan apalagi tidak berusaha melakukan ibadah-ibadah sunnah, berusahalah mencari sebab-sebab terjaganya agama kita seperti mengikuti kajian dan mencari teman-teman yang baik. Yang walau kita kadang merasa tidak pas dengan mereka, jangan putuskan silaturrahmi dan meminta nasehat.

3. Jagalah akhlaq. Akhlaq mulia harus diperhatikan. Termasuk dalam pertemanan yang kita sering bersenda gurau, akhlaq tetap harus dijunjung.

4. Dekatlah dengan para ustadz dan alim ulama, serta minta dari mereka nasehat dan bantuan.

5. Walau pun dengan orang yang berbeda agama, kita tetap harus bermuamalah dengan baik tapi dengan tetap memperhatikan batasan-batasan.
Begitu pula dengan orang yang sudah masuk agama lain dan masih kita harapkan dia kembali, kita harus bermuamalah dengan mereka dengan cara yang hikmah.

6. Waspadai syubhat-syubhat yang dapat menggoncangkan iman yang lemah, oleh karena itu menuntut ilmu syar’i pun harus menjadi agenda kita. Dengan ilmulah kita tahu mana-mana yang syubhat dan betapa lemahnya syubhat-syubhat tersebut.

(Isi artikel dari majalah Qiblati 12 bulan Syawal 1431 H dengan agak banyak perubahan dan tambahan)