Senin, 31 Mei 2010

Hal Unik (Bagi Ane) dalam Perjalanan Kmaren

بسم الله الرحمن الرحيم





Dari Jepretan
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh!!

Apa kabar? Kayaknya cukup baik untuk internetan dan mampir di blog ini :)

Ada beberapa hal menarik (bagi ane) yang ane temui kmaren dalam perjalanan ke, di dan dari Jogja. Tujuan ane ke sana (bareng keluarga) adalah daftar sekalian tes untuk dapet tempat di sebuah kos-kosan yang sekalian tempat belajar Islam. Jadi ane mau jadi santri mahasiswa ceritanya.

Ini dia:

Dari Jepretan

Pohon ini ada di alun2 Jogja. Lupa lornya atau ngidulnya (utara atau selatannya, hehe). Apa yang aneh?

Sebenarnya ada dua pohon.

Dari Jepretan

Nah, katanya klo kita jalan ke tengah di antara dua pohon itu dengan ditutup matanya maka kita gak akan pernah nyampe, selalu ke samping. Selama yang ana liatin emang jarang yang berhasil. Orang yang udah jalan lurus hampir nyampe tiba-tiba ragu trus belok. Tapi ane ragu dan harus ragu. Gak boleh ada keyakinan apa-apa bahwa pohon tersebut ada 'sesuatu'-nya yg bikin kayak gitu. Tapi cukup unik.

Selanjutnya ditemui secara nggak sengaja. Karena nyari tempat nginep sana-mari selalu dapetnya
Dari Jepretan

Trus kami dikasih tau tempat nginep yang sebenarnya rumah warga tapi biasa dipake nginep. Abis beres-beres, jalan-jalan dikit sekitar rumah tersebut dan nemu
Dari Jepretan

Jadi sekalian aja coba liat ke sana. Rupanya pemakaman warga tapi ada makam beliaunya. Di pintu tertulis
Dari Jepretan

Ane liat yang nomor enam. Sesuai kan kayak hadits?

Imam Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan, dari Jundab bin Abdullah Al-Bajali, bahwa ia berkata, Lima hari sebelum Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal, aku mendengar beliau bersabda.

"(Artinya) Sesungguhnya aku telah meminta kepada Allah agar aku mempunyai khalil di antara kalian, karena Allah telah menjadikan aku sebagai khalil(Nya) sebagaimana Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai khalil(Nya). Seandainya aku (dibolehkan) mengambil seorang khalil dari umatku, tentu aku menjadikan Abu Bakar sebagai khalil(ku). Ingatlah sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kuburan-kuburan para nabi dan orang-orang shalih mereka sebagai masjid-masjid. Ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan sebagai masjid-masjid, sesungguhnya aku melarang kalian melakukan itu". [Hadits Riwayat Muslim dalam Al-Masajid 532] diambil dari sini

Tapi di dalamnya tetap ada...
Dari Jepretan

Btw di dalemnya bener ada
Dari Jepretan

Dari Jepretan

Selanjutnya ane temui pas lagi nyari2 kaos. Jogja lumayan dikenal ama kaosnya yang cukup unik, ya kan? Di antara gambar-gambar lucu itu ane nemu saran bagus dalam perawatan kaos
Dari Jepretan
Saran terakhir sangat bagus kan? Hehe

Nah, ada lagi. Yang satu ini ada di SPBU Candi Mas dalam perjalanan Jogja-Purwekerto.
Dari Jepretan

Apa itu?

Dari Jepretan

Haha, lumayan ternyata. Enak juga mukul2 dikit pas rehat di jalan.

Segitu aja. Maaf sangat berantakan.

Sabtu, 22 Mei 2010

Secuil tentang Hadits: Luar Biasa!

بسم الله الرحمن الرحيم



Kajian.Net
Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Kali ini ana cuma mau berbagi rasa. Rasa kagum. Kagum terhadap apa? Yang pasti bukan terhadap perempuan (belum saatnya, hehe).

Bermula ketika ana menemukan link ini. Link halaman file audio kajian Ust. Aslam Muhsin. Beliau adalah Mudir Ma'had Al-Binaa.

Tiba-tiba muncul rasa rindu mendengar nasihat beliau. Ana dengarkan bagian pertama ceramahnya tentang 'Hakikat Turunnya Wahyu'. Di bagian awal beliau tidak langsung masuk ke inti pembahasan tapi membicarakan beberapa hal tentang hadits. Di bagian inilah muncul kekaguman itu.

Diceritakan bahwa Imam Bukhari Rahimahullah menulis kitab shahihnya tidak kurang dari 16 tahun. Kitabnya tersebut sangat dipuji oleh ulama lain. Disebutkan bahwa di kolong langit ini tidak ada kitab yang paling shahih setelah Al-Qur`an selain kitab ini. Tidak lain karena Imam Bukhari hanya memasukkan hadits-hadits shahih yang tidak hanya sesuai dengan kriteria yang disepakati para ahli hadits tapi juga kriteria-kriteria dari beliau yang sangat ketat.

Kita bisa lihat kriteria hadits yang shahih dari definisinya:

Hadits yang bersambung sanad (jalur transmisi) nya melalui periwayatan seorang periwayat yang ‘adil, Dlâbith, dari periwayat semisalnya hingga ke akhirnya (akhir jalur transmisi), dengan tanpa adanya syudzûdz (kejanggalan) dan juga tanpa ‘illat (penyakit).

Nah, kriteria yang menurut ana sangatlah hebat: 'periwayat yang ‘adil, Dlâbith'

Apa maksudnya?

- Periwayat Yang ‘Adil : Bahwa setiap rangkaian dari para periwayatnya memiliki kriteria seorang Muslim, baligh, berakal, tidak fasiq dan juga tidak cacat muru`ah (harga diri)nya.

- Periwayat Yang Dlâbith : Bahwa setiap rangkaian dari para periwayatnya adalah orang-orang yang hafalannya mantap/kuat (bukan pelupa), baik mantap hafalan di kepala ataupun mantap di dalam tulisan (kitab)

(Definisi hadits shahih, periwayat 'adl dan periwayat dlabith dikutip dari ILMU HADITS : DEFINISI HADITS SHAHIH, penjelasan lebih lanjut silahkan kunjungi halaman tersebut)

Untuk jadi periwayat yang ‘adil sangatlah berat! Tidak sekedar Muslim, baligh (dewasa), berakal, dan tidak fasiq, tapi juga tidak cacat muru`ahnya! Jadi dalam kehidupan kesehariannya, dia tidak melakukan hal-hal yang dianggap tidak pantas walau hal itu adalah hal biasa bagi kita. Hal-hal tersebut dilihat dari hal-hal yang terkecil dan dicatat dalam biografi mereka sebagai bahan pertimbangan apakah hadits yang disampaikan orang tersebut patut diterima atau tidak.

Kemudian periwayat yang dlâbith ini jika digambarkan, maka orangnya adalah dia yang ditanya kapan saja di mana saja tentang suatu hadits dia langsung menjawab dengan lancar! Kualitas hafalan super hebat!

Dlâbith ada dua macam: shadr dan kitab.

Yang pertama maksudnya hafalannya benar-benar di 'luar kepala'. Tidak seperti 'luar kepala'-nya kita, tapi benar-benar hafal bahkan tanpa kitab.

Seperti Imam Bukhari. Suatu saat beliau belajar dari seorang syaikh bersama peserta belajar lain. Masa belajarnya selama 16 hari yang dikatakan dalam masa itu disampaikan sekitar 16.000 atau 6.000 hadits (afwan klo salah, ana kurang ingat). Selama 16 hari itu, beliau tidak membuat satu pun catatan tentang apa yang dipelajarinya. Hingga di akhir masa belajar beliau dicela oleh teman-temannya yang lain karena hal tersebut. Menjawab celaan itu, beliau melafalkan hal-hal yang disampaikan selama masa belajar, bahkan beberapa mereka malah mengoreksi catatannya sendiri berdasarkan apa yang dilafalkan Imam Bukhari. Ini bukan kisah fiktif. Luar biasa, kan?

Yang kedua maksudnya hafalannya masih berdasarkan kitab atau catatan milik perawi tersebut. Jadi hadits yang disampaikan ketika catatannya masih ada, derajatnya lebih kuat sedangkan hadits yang disampaikan setelah catatannya hilang atau dicuri atau terbakar derajatnya dipertanyakan.

Betapa hebatnya ulama terdahulu dan betapa ketatnya mereka menjaga sanad hadits di mana hadits adalah sumber hukum agama ini.

Mereka menyortirnya tidak hanya dari isi hadits tapi juga dari orang-orang yang meriwayatkan hadits-hadits. Bahkan kapan suatu hadits disampaikan dari seorang perawi juga diperhatikan, bisa dilihat tadi dari apakah haditsnya disampaikan ketika catatan sang perawi masih ada atau tidak. Selain masih ada atau tidak catatan, umur sang perawi diperhatikan karena pada masa tertentu ternyata sang perawi mengalami kepikunan.

Subhanallah... Perjuangan mereka menjaga agama ini dengan menjaga sanad sungguh tak terbayang oleh ana.

"Sanad itu termasuk agama, kalau bukan karena sanad orang akan seenaknya menisbatkan (kepada Nabi) apa yang ia mau".[Imam Muslim dalam muqadimah Shahihnya]

(Bagian terakhir dalam blockquote ana salin dari status Akh. Azlan)