Rabu, 24 Juli 2013

Witir 3 raka'at satu tasyahud, duduk tasyahudnya tawaruk atau iftirasy?

بسم الله الرحمن الرحيم

Teringat kajian 20 hari Ramadhan tahun lalu yang membahas wudhu, shalat dan shaum, dibahas oleh Ustadz Aris Munandar (https://www.facebook.com/profile.php?id=100005284324087) tentang kaidah duduk iftirasy dan tawaruk madzhab syafi'iyah dan maddzhab hanabilah. Seingat ana tidak diberikan bunyi atau lafal kaidahnya tapi secara pemahaman, insya Allah begini:

Madzhab Syafi'iah: duduk pada setiap rakaat yang terakhir baik sholat yang memiliki dua tasyahhud maupun sholat yang hanya memiliki satu tasyahhud maka semuanya dilakukan dengan duduk tawarruk.

Madzhab Hanabilah: hukum asal duduk pada shalat adalah dengan iftirasy kecuali jika terdapat dua tasyahud di dalamnya, maka pada tasyahud terakhir duduk dengan duduk tawaruk.

Kedua madzhab ini sepakat jika di dalam suatu shalat ada dua tasyahud (contohnya Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya), maka pada tasyahud awal duduk iftirasy dan pada tasyahud akhir duduk tawaruk.

Yang berbeda, adalah ketika shalat dua raka'at seperti Shubuh atau shalat sunnah lain yang dilakukan dua rakaat. Yang mengikuti pendapat madzhab Syafi'iyah, ketika tasyahud dia duduk dengan duduk tawaruk sedangkan yang mengikuti madzhan Hanabilah dengan duduk iftirasy.

Ana sendiri sekarang ini mengikuti (err.. sepertinya masih taqlid sih) madzhab Hanabilah.

CMIIW.

Lalu, di masjid dekat dengan kosan sekarang, ana mendapati dilaksanakan di sana shalat tarawih 2-2-2-2-3. Pada witir terakhir langsung 3 rakaat dengan sekali tasyahud. Karena masih awam, ana pun bimbang. Karena ana mengikuti pendapat madzhab Hanabilah pada masalah ini, seharusnya ketika tasyahud ana duduk dengan duduk iftirasy. Tapi karena kebiasaan, rasanya aneh juga, shalat tiga rakaat tapi duduknya iftirasy.

Maka untuk meyakinkan lagi, ana tanyakan langsung lewat inbox akun Ustadz Aris dan ternyata memang duduknya dengan iftirasy. Begitu juga kalau shalat witirnya 2-1, maka pada 1 rakaat yang sendirian itu tasyahudnya dengan iftirasy.

Btw, ketika ana coba browsing di yufid.com, ndak semuanya sama. Di salah satu tulisan disebutkan Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat menguatkan pendapat Madzhab Syafi'iyah (http://almanhaj.or.id/content/923/slash/0/sifat-duduk-dalam-shalat-dua-rakaat/) sedang Ustadz Firanda menguatkan pendapat Madzhab Hanabilah (http://firanda.com/index.php/konsultasi/fiqh/55-cara-duduk-tasyahhud-terakhir-sholat-subuh).

Terus, bingung? Semoga Allah memberikan taufiq dan kemudahan bagi kita semua untuk mempelajari lebih dalam din-Nya.
 dari artikel Ust. Firanda Andirja:

Syaikh Al-'Utsaimin pernah ditanya ما كيفية الجلسة للتشهد في صلاة الوتر؟ "Bagaimanakah cara duduk tasyahhud pada sholat witir?"

فأجاب فضيلته بقوله: الإنسان في صلاة الوتر يجلس مفترشاً؛ لأن الأصل في جلسات الصلاة الاف
تراش، إلا إذا قام دليل على خلاف ذلك، وعلى هذا فنقول يجلس للتشهد في الوتر مفترشاً، ولا تورك إلا في صلاة يكون لها تشهدان فيكون التورك في التشهد الأخير للفرق بينه وبين التشهد الأول هكذا جاءت السنة، والله أعلم

Beliau menjawab, "Seseorang tatkala sholat witir duduk iftirosy, karena asal dalam duduk dalam sholat adalah iftirosy. Kecuali jika ada dalil yang menunjukan yang lain. Oleh karenanya kami katakan : ia duduk iftirosy tatkala sholat witir, dan ia tidak duduk tawarruk kecuali pada sholat yang memiliki dua tasyahhud, maka duduk tawarruk dilakukan tatkala tasyahhud akhir karena adanya perbedaan antara tasyahhud akhir dan tasyahhud awal. Demikianlah sunnah. Wallahu A'lam" (Majmuu' Fataawaa wa Rosaail Syaikh Al-'Utsaimiin 14/159 no 784)

Kamis, 04 April 2013

Bad News, Buat Keburukan Jadi Biasa

بسم الله الرحمن الرحيم

Penyerangan di LP Cebongan. Hanya itu? Tidak. Selain berita yang tadi disebut, kita sudah banyak mendengar banyak peristiwa-peristiwa tindak kekerasan lainnya saat ini. Beragam berita, wacana dan artikel tentangnya ditulis. Entah itu sekedar penyampaian peristiwa, analisa kejadian atau solusi-solusi yang ditawarkan.

Dalam kondisi sekarang ini, dengan banyaknya kejadian kekerasan, media seakan dibanjiri dengan berita-berita yang 'negatif'. Belum lagi ditambah kejadian-kejadian buruk atau kasus-kasus lainnya. Sehingga yang setiap hari tersuguh kepada kita adalah berita-berita semacam itu.

Apa saja contoh lainnya? Well, kalau disebutkan malah sedikit banyak bertentangan dengan apa yang ingin disampaikan.

Apa yang ingin disampaikan?

Begini, menurut saya, secara langsung atau tidak langsung berita-berita tersebut mempengaruhi alam bawah sadar pikiran kita. Kita yang tadinya sangat anti, takut dan merasa terancam akan suatu keburukan, lama-kelamaan akan terbiasa. Padahal rasa anti, takut dan terancam tadi adalah di antara sekian faktor yang dapat mencegah seseorang melakukan kejahatan.

Tadinya kita merasa suatu perbuatan adalah hal yang tabu dan melanggar norma, namun karena mendengar perbuatan tersebut banyak dilakukan, hilanglah rasa malunya untuk berbuat.

Itu kemungkinan yang terjadi dengan orang yang dulunya merasa suatu kejahatan adalah tabu. Bayangkan bagaimana dengan generasi belakangan yang kejahatan-kejahatan selalu disiarkan siang malam. Seakan tiada lagi orang baik di muka bumi.

Teringat cuplikan cerita dalam novel yang cukup terkenal, Sang Pemimpi ketika Arai dan Ikal baru saja memulai petualangan mereka di Ibu Kota...

"Dan hari-hari berikutnya adalah malam-malam tak bisa tidur dan tak enak makan waktu menemukan koran-koran merah yang memuat warta dan gambar penggorokan, perampokan, dan pemerkosaan di sana sini yang hampir setiap hari terjadi di kota. Demikian semaraknya kriminalitas di Bogor, Jakarta, atau Tangerang.
Seakan kota-kota ini akan menjadi kota mati jika sehari saja tidak terjadi tindak kejahatan. Namun, anehnya lambat laun menjadi terbiasa. bahkan ketika nenek-nenek dirampok, dicabuli, dan dibunuh, aku telah menjadi seperti orang kebanyakan : sekali menarik napas panjang, semenit kemudian bahkan lupa inisial nenek itu. Ini adalah kemorosotan paling besar yang kutemukan dalam diriku dengan hidup di kota."

Kemerosotan besar.

Faidah yang lebih besar berkaitan hal ini tentu kita bisa dapati dari Al-Quran dan Sunnah. Di sini saya salinkan artikel Ust. Abul Jauzaa yang berjudul "Aib, Sesuatu yang Seharusnya Ditutupi."

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhir” [QS. An-Nuur : 19].

Pada ayat di atas Allah ta’ala menjelaskan bahwa menyebarkan satu kemunkaran (baik dari jenis perkataan atau perbuatan) agar beredar di kalangan mukminiin, merupakan sifat orang-orang yang mendapatkan ancaman Allah ta’ala akan ‘adzab.

Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

“Ini merupakan pelajaran ketiga, bagi siapa saja yang mendengar sesuatu dari perkataan yang buruk, lalu dengan pikirannya tergambar sesuatu yang akan diucapkannya; maka janganlah ia bergegas memperbanyak dan menyiarkannya. Allah ta’ala telah berfirman : ‘Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman’ ; yaitu : mereka menginginkan agar perkataan itu nampak dengan buruk. ‘bagi mereka azab yang pedih di dunia’ ; yaitu dengan hukuman hadd. ‘dan di akhirat’; yaitu dengan adzab”.

Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah berkata :“Maksudnya adalah menyebarkan perbuatan keji seorang mukmin yang berusaha menutupi aib yang ada pada dirinya tersebut, atau menuduh seorang mukmin dengan satu kekejian yang ia berlepas diri darinya (tidak melakukannya)”.

Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : “Orang yang mengatakan kekejian dan orang yang menyebarkannya; dalam dosa adalah sama”.

Dalam riwayat lain, ia berkata :
“Orang yang mengatakan kekejian dan orang yang setia mendengarkannya, dalam hal dosa adalah sama”

Lalu...

Mari kita perhatikan kisah menarik Maa’iz dan Hazzaal berikut ini :

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : “Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu berada di masjid. Ia memanggil beliau dan berkata : “Wahai Rasulillah, sesungguhnya aku telah berbuat zina”. Mendengar itu beliau berpaling darinya, hingga orang tersebut mengulangi sampai empat kali. Ketika ia bersaksi atas dirinya sebanyak empat kali, maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya dan bersabda : “Apakah engkau gila ?”. Ia menjawab : “Tidak”. Beliau bersabda : “Apakah engkau telah menikah ?”. Ia menjawab : “Ya, pernah”. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bawalah pergi orang ini”. Lalu para shahabat merajamnya.

Dari Nu’aim bin Hazzaal ia berkata : Hazzaal pernah menyewa Maa'iz bin Maalik dan ia memiliki seorang budak wanita bernama Fathimah yang ia miliki. Budak wanita ini bertugas menggembala kambing milik mereka dan Maa'iz pun menyetubuhinya. Maa'iz memberitahukan hal itu kepada Hazzaal, kemudian Hazzal mengelabuhinya dan berkata : “Pergilah ke Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan beritahukan pada beliau (tentang hal yang kau alami). Mudah-mudahan turun Al-Qur’an berkenaan denganmu”. (Setelah ia menghadap dan menceritakan apa yang telah ia lakukan, sebagaimana hadits sebelum ini – Abul-Jauzaa’), lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar dirajam. Saat dirajam dan terkena hantaman batu, Maa'iz berusaha lari kemudian seseorang mengejarnya dengan membawa tulang dagu onta atau tulang betis onta, kemudian dipukulkan ke Maa'iz hingga mati. Setelah itu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Celaka kau hai Hazzal, seandainya engkau tutupi dengan bajumu tentu lebih baik bagimu"

Ibnu Hajar berkata :

“Telah berkata Al-Baajiy : Makna (perkataan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘seandainya engkau tutupi dengan bajumu tentu lebih baik bagimu’) adalah lebih baik bagimu daripada engkau suruh ia untuk menjelaskan perkaranya (kepadaku). Adapun anjuran untuk menutupinya adalah dengan menyuruhnya bertaubat dan menyembunyikan aib yang telah dilakukannya sebagaimana yang telah diperintahkan Abu Bakr dan ‘Umar (sebelum Maa’iz menghadap Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam). Penyebutan ‘baju’ adalah mubaalaghah, yaitu seandainya engkau tidak mendapatkan jalan untuk menutupinya kecuali (menutupinya) dengan pakaianmu dari orang yang mengetahui perkaranya, maka itu lebih utama/baik daripada yang telah engkau sarankan kepadanya untuk menampakkannya”

“Asy-Syaafi’iy berkata : ‘Aku senang seandainya orang yang berbuat dosa yang kemudian Allah menutupi dosanya tersebut (sehingga tidak diketahui orang lain); agar juga menutupinya dan bertaubat (kepada Allah ta’ala)’. Beliau (Asy-Syaafi’iy) berhujjah dengan kisah Maa’iz bersama Abu Bakr dan ‘Umar. Ibnul-‘Arabiy berkata : ‘Semuanya ini berlaku untuk selain orang yang terang-terangan berbuat kemaksiatan. Adapun bagi orang yang terang-terangan berbuat kemaksiatan/kekejian, maka lebih senang untuk mengungkapkannya dan menghukumnya agar ia merasa jera dan menjadi pelajaran bagi yang lain”.

Apa yang dikatakan oleh Ibnul-‘Arabiy rahimahullah di atas didasarkan oleh sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

“Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-orang terang-terangan melakukan dosa. Dan sesungguhnya diantara terang-terangan (melakukan dosa) adalah seorang hamba yang melakukan amalan di waktu malam sementara Allah telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia berkata : 'Wahai Fulan, semalam aku telah melakukan ini dan itu’, padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabb-nya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh Allah”

Well, walau bukan berarti semua berita itu harus dihapuskan sama sekali. Tapi tentu ada batasannya bukan?

Wallahu A'lam.

Kamis, 14 Maret 2013

Curhat: Kondisi

بسم الله الرحمن الرحيم


Assalamu'alaikum.

Wow, mau mulai tulisan berat juga ya. Kalau beberapa tulisan sebelumnya, itu hasil pikiran orang lain yang terus dibahasakan ulang. Nah, ini, mau nulis mulai sendiri agak susah. Padahal sekedar menuliskan sedikit tentang kondisi.

Kondisi apa? Well, tentu aja kondisi diri sendiri, yang punya blog ini.

Emang penting?

Ehm, beneran terbetik pertanyaan itu? Kalau begitu, udah, silahkan baca postingan lain atau situs lain atau mungkin putusin koneksinya aja, terserah.

Tenang, bukan ngambek kok. Tapi kalau memang berasa ngebuang waktu banget, ya lebih baik langsung berpaling ke hal-hal yang lebih bermanfaat. Bener kan?

Jadi, gimana kondisinya?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, sebenarnya lebih tepat ditanyakan dahulu, kenapa kondisi? Maksudnya, kenapa memilih untuk menceritakan kondisi?

Sederhana saja. Karena kebanyakan yang dibagikan melalui akun-akun yang dikelola oleh blogger ini adalah kebaikan-kebaikan, keindahan-keindahan Islam dan simpanan-simpanan berharga. Dan biasanya orang-orang akan mengira-ngira bagaimana kondisi atau keadaan pengelola akun melalui apa yang tampak dari akun tersebut di dunia maya. Bahayanya, seringkali juga pengelola-pengelola akun di dunia maya ingin mendapatkan predikat baik dengan cara melakukan hal tersebut.

Oleh karena itu, pertama, pemilik blog ini dan pembaca sekalian harus meluruskan niat lagi dalam interaksi-interaksidi dunia maya, kedua, pemilik blog menghimbau agar para pembaca dan akun-akun di friendlist atau follower di media sosial mana pun untuk tidak berekspektasi berlebihan terhadap pemilik blog atau akun-akun lain yang dzhahirnya di dunia maya baik, tapi hakikatnya masih majhul (tidak diketahui). Apalagi kalau sampai poin ini masih terngiang di benaknya bahwa ternyata pemilik blog ini rendah hati sehingga menulis postingan ini, maka bacalah: Shut up! Ambil apa yang baik dan bermanfaat dan jangan dahului Allah dalam menilai seseorang, karena Dialah yang paling mengetahui kondisi setiap hamba-hamba-Nya.

Sungguh, kondisi diri ini jauh dari baik. Akan tetapi, jika sampai melepaskan diri dari sumber-sumber kebaikan, bagaimana ia tidak akan terjatuh pada kondisi yang lebih buruk?!

Apa yang dibagikan tidaklah seberapa dibandingkan dengan akun-akun lain padahal mungkin realitas kehidupan yang dihadapi oleh pengelola akun-akun tersebut lebih besar dan lebih berat. Semoga Allah memberkahi para pengelola akun-akun atau situs-situs tersebut.

Selalu terpikir, di mana posisi diri di antara kaum muslimin? Jauh! Kecil tak teranggap. Atau malah bisa jadi diciptakan diri ini sebagai ujian bagi orang-orang yang beriman...

Diri ini harus tunduk dan berprasangka baik pada Dzat yang telah menciptakannya serta mewaspadai dirinya sendiri terutama saat dikuasai hawa nafsu. Bisa jadi Allah menginginkan baginya kebaikan dengan keteguhannya melewati kegelisahan dan kegoncangan akibat kelalaiannya sendiri, atau memang diri ini begitu hina sehingga dicampakkan. Semoga Allah melindunginya dari keadaan yang terakhir.

Sebagian Tanda Iman dalam Bencana

بسم الله الرحمن الرحيم

Iman seorang mukmin akan tampak saat ia sedang diuji. Ujian yang menimpa dirinya bisa berupa kesenangan dunia atau mungkin kesulitan dan kesusahan yang memberatkan. Karena pada hakikat keduanya berbeda, maka tentu iman pun akan tampak dengan cara yang berbeda pada masing-masing bentuk ujian.

Bagaimana iman memperlihatkan diri saat seorang mukmin ditimpa kesulitan, hal-hal yang membuatnya bersedih, atau bencana?

Di antara gambaran penampakan imannya adalah kesungguhan dirinya dalam berdoa. Dia terus-menerus berdoa bersama dengan ikhtiarnya, meski pun ia tak melihat satu pun pertanda pengabulan doanya. Harapan dan ambisinya pada jawaban Rabbnya terhadap doa-doanya tak tergoyahkan, walau keadaan terus menggodanya untuk berputus asa dengan hebatnya. Sebab ia tahu bahwa Allah 'Azza wa Jalla lebih mengetahui apa-apa yang lebih cocok baginya. Ia sadar, Allah sedang memerintahkannya untuk bersabar dan memperkuat iman. Dalam kondisi ini, sebagai seorang hamba, ia tahu diri bahwa memang seharusnya ia memasrahkan dirinya kepada Allah, serta banyak mengiba dan memohon.

Tidak seperti orang yang tergesa-gesa dalam mengharap pengabulan doanya, dan menggerutu bila tidak cepat-cepat direspon doanya. Bisa jadi ia akan merasa seakan diacuhkan. Dia menganggap dirinya memiliki hak atas pengabulan doa. Seolah-olah ia sedang meminta upah atas amal-amal shaleh yang telah ia kerjakan. Tidakkah hal ini menunjukkan lemahnya iman? Itukah kita...?

Siapa dia dibanding dengan Nabi Ya'qub 'Alaihissalam? Beliau diuji selama 80 tahun, namun tak patah harapan akan jalan keluar! Setelah kehilangan Nabi Yusuf 'Alaihissalam, kondisi diperparah dengan kehilangan Bunyamin. Akan tetapi beliau tegar dan tidak berubah. Bahkan beliau mengatakan, "Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semuanya kepadaku" (Yusuf[12]:83).

Kalam Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Quran, yang artinya:

"Apakah kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: 'Bilakah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat" (Al-Baqarah[2]:214).

Betapa, yang diuji adalah seorang Rasul dan orang-orang beriman yang menyertainya. Tentu diketahui bersama kualitas iman seorang Rasul.

Betapa, dengan kualitas iman seperti itu dan kedudukannya, ia diuji dengan ujian yang hampir-hampir membuatnya hampir ditimpa keputusasaan.

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya, "Doa seseorang dari kalian akan senantiasa dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa hingga mengatakan, 'Aku telah berdoa kepada Rabbku, namun tidak atau belum juga dikabulkan untukku'." (Hadits No. 4916 dalam Shahih Muslim)

Oleh karena itu, tahanlah diri dari mengeluh kala bencana dan jangan bosan karena telah banyak berdoa. Karena sudah sewajarnya seorang hamba itu diuji, dan baginya pahala yang besar dari sabar dan doa-doa yang dipanjatkan. Tak layak bagi kita berburuk sangka kepada Allah dengan berputus asa sekali pun bencana yang menimpa bagai tak ada habisnya.

Wallahu A'lam.
Disadur dari Shaidul Khathir karya Ibnu Al-Jauzi Rahimahullah.

Selasa, 05 Februari 2013

Harta Karun Surga di Sela Waktu Kita

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum!

Sobat muda, apa yang biasanya kamu kerjain di sela-sela aktivitas kamu? Sesibuk apa pun kamu, pasti ada waktu-waktu senggang di mana kamu bisa istirahat dan rileks sebentar dari berbagai kegiatan kan?

Eh, atau jangan-jangan... kamu pernah ngerasain saat-saat kamu udah gak ada kewajiban, selesai udah semua kerjaan, sampai bingung apa yang kamu mau lakukan... pernah?

Jangan sampai bingung, Sobat Muda! Dan jangan sampai terlewatkan!

Sumpah, di sela-sela waktu itu, banyak kebaikan yang bisa kita dapatkan! Mau tau apa aja yang bisa kita dapatkan? Simak hadits berikut!

Abu Musa menuturkan; kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dalam suatu peperangan, kami tidak menaiki tanah mendaki atau tanah tinggi atau menuruni lembah selain kami meninggikan suara kami dengan takbir. Kata Abu Musa, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendekati kami dan bersabda: "Hai manusia, rendahkanlah suara kalian ketika berdoa, sebab kalian tidak menyeru dzat yang tuli lagi tidak ghaib, hanyasanya kalian menyeru kepada Dzat yang Maha mendengar lagi Maha melihat." Kemudian beliau bersabda: "hai Abdullah bin Qais, maukah kamu kuajari kalimat yang menjadi harta karun surga?, yaitu ucapan laa-haula walaa quwwata illa billah." (Hadits No. 6120 dalam Shahih Bukhari)

Masya Allah, Sobat Muda! Gampang sekali kan kita mengucapkan laa-haula walaa quwwata illa billah? Dalam satu menit, kira-kira kita bisa membacanya 30 kali! Dan sekali kita membacanya, kita mendapatkan harta karun di surga!

Gak cuma dzikir itu aja! Kalau agak bosan baca dzikir di atas, masih ada dzikir-dzikir lainnya dengan keutamaan-keutamaan yang gak kalah hebat!

Nih beberapa contohnya:

  • Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Dua kalimat ringan dilisan, berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu Subhaanallahul'azhiim dan Subhanallah wabihamdihi." (Hadits No. 5927 dalam Shahih Bukhari)
  • Dari Jabir dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barang siapa yang mengucapkan; Subhanallahil 'adzhim wa bihamdih. Maka ditanamkan untuknya sebuah pohon kurma di Surga." (Hadits No. 3387 dalam Jami' At-Tirmidzi)
  • Dari Abu Hurairah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Sesungguhnya membaca doa, Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa Ilaaha Illallah, Wallahu Akbar adalah lebih aku cintai daripada segala sesuatu yang terkena oleh sinar matahari (maksudnya adalah dunia).'" (Hadits No. 4861 dalam Shahih Muslim)
  • Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali." (Hadits No. 616 dalam Shahih Muslim)

Wah, bayangin aja: misalnya kita baca subhanallahil 'adzhim wa bihamdih, kita udah dapet satu pohon kurma di surga! Kalau di dunia, gak mungkin cukup waktu segitu untuk dapet satu pohon. Harus nanem dulu, nyiram, ngasih pupuk dan nunggu sampai gede. Itu pun belum tau gimana nanti buahnya. Dan, untuk kamu tahu, pohon kurma di surga itu batangnya emas!

Dzikir-dzikir di atas, gak mesti kita baca pas senggang aja lho. Bisa kan kita baca dzikir-dzikir di atas sambil mengerjakan hal-hal lain? Asal tempatnya gak di kamar mandi lho ya.

Dzikir-dzikir di atas pendek-pendek, mudah dihafal, dan mudah diucapkan pula! Andai kita biasa membacanya, berapa banyak keutamaan dapat kita raih? Berapa banyak kita bisa menambah timbangan amal kita? Berapa banyak kita mendapatkan yang lebih dari dunia dan seisinya?

Sobat Muda, sayang sekali kalau kita melewatkan waktu-waktu senggang tanpa berdzikir kepada Allah, walau pun cuma sekali!

Atau jangan-jangan, kita udah terbiasa membiarkan lisan kita mengucapkan hal-hal lain yang gak bermanfaat bahkan merugikan? Ngebicarain orang lain, ngejek teman atau ngedendang lirik misalnya.

Wah, jangan-jangan karena itulah kita jadi terlahang dari membaca dzikir-dzikir di atas dan mendapatkan fadhilah-fadhilahnya... Na'udzubillah!

Makanya, yuk kita biasain lidah kita untuk selalu berdzikir, mengingat Allah di setiap kesempatan yang Allah berikan!

Sumber: Harta Karun Surga.

dzikir


Rabu, 30 Januari 2013

Dosa Itu Menyakiti Alam Semesta

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum!

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, pernah mendapatkan ayat ini dan sedikit banyak merenunginya?

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum: 41)

Pernah, insya Allah, ketika tilawah atau ada pengajian yang membahas ayat ini. Saya sendiri teringat masa-masa SMA ketika dibacakan ayat ini.

Ketika itu yang dibahas adalah tentang Islam dan lingkungan, bahwa Islam mengajarkan pemeluknya untuk memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Menjaganya dengan tidak membuang sampah sembarangan, menolak penebangan pohon secara liar, melakukan reboisasi dan lain sebagainya. 'Perbuatan tangan manusia' yang menjadi sebab kerusakan alam di ayat itu lebih dibawa ke makna kelalaian kita yang berkaitan langsung dengan rusaknya ekosistem.

Well, itu benar. Tapi yang lebih tepat ternyata tidak hanya mencakup kesalahan manusia yang berkaitan dengan ekosistem lingkungan, tapi semua dosa yang ia lakukan.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ وَمَا لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا ظَهَرَ فِيهِمُ الأَمْرَاضُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلَافِهِمِ وَمَا مَنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَ مَا لَمْ يُطَفِّفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِجَوْرِ السُّلْطَانِ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَالسِّنِينَ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ

“Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara, jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatkannya. Tidaklah muncul perbuatan keji (Zina,merampok, minum khamr, judi, dan lainnya) pada suatu masyarakat, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka. Orang-orang tidak menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan. Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezhaliman pemerintah, kehidupan yang susah, dan paceklik. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak menghukumi dengan kitab Allah. Dan memilih-milih sebagian apa yang Allah turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan yang keras di antara mereka.”

Ya, benar bahwa kesalahan kita buang sampah atau limbah sembarangan itu merusak alam. Tapi ternyata perbuatan dosa kita yang lainnya pun menyakiti alam semesta. Apakah itu berbohong, memandang yang haram, berbuat curang, ghibah dan lain sebagainya.

Hal lain yang menunjukkan hal tersebut adalah suatu hadits yang menyebutkan bahwa pada asalnya hajar aswad diturunkan berwarna putih. Lalu ia lama kelamaan menjadi hitam karena disebabkan perbuatan dosa yang dilakukan manusia.


Oleh karena itu dalam suatu hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

أَبِي قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِيٍّ الْأَنْصَارِيِّ أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ فَقَالَ مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْمُسْتَرِيحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ قَالَ الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

Abu Qatadah bin Rib'i Al Anshari, ia menceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam pernah dilewati jenazah, kemudian beliau bersabda: "Seorang yang beristirahat dan orang yang orang lain beristirahat darinya". Para sahabat bertanya; 'Wahai Rasulullah, apa maksud anda ada orang beristirahat dan orang yang orang lain beristirahat darinya? ' Jawab Nabi: "seorang hamba yang mukmin akan beristirahat dari kelelahan dunia dan kesulitan-kesulitannya menuju rahmat Allah, sebaliknya hamba yang jahat, manusia, negara, pepohonan atau hewan beristirahat darinya (dari kejahatannya)."(Hadits disalin dari situs Hadits Online dan terjemahnya dirubah sedikit oleh Blogger).

'Hamba yang jahat, manusia, negara, pepohonan atau hewan beristirahat darinya (dari kejahatannya)', mereka (manusia, negara, pepohonan atau hewan) beristirahat dari fajir, pelaku dosa, yang dosa-dosanya menyakiti alam dan isinya.

CMIIW

Wallahu A'lam bish-shawaab. Kesalahan dari ana pribadi, kebenaran datangnya dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Artikel ini terinspirasi dari salah satu video dari channel Rodja TV di YouTube yang berjudul 'Dosa Menyakiti Alam dan Seisinya'.

Ayat dah hadits pertama beserta terjemahnya disalin dari ssalah satu artikel Muslim Afiyah yang berjudul 'Banjir, Sebaiknya Jangan Cari Kambing Hitam Apalagi Pemimpin/Gubernur'.

Selasa, 22 Januari 2013

Something Scary -- Tergesa-gesa, Malah Tak Dapat Apa-Apa

بسم الله الرحمن الرحيم

"من استعجل الشيء قبل أَوانه عوقب بحرمانه"
Barang siapa yang tergesa-gesa ingin memetik sesuatu sebelum saatnya, niscaya ia akan dihukum dengan kegagalan mendapatkan sesuatu tersebut.

Kaidah ini disebutkan oleh Ustadz hafidzhahullah dalam kajian aqidah tanggal 9 Rabi'ul Awwal 1434 H, 21 Januari 2013 M.


Silogisme dan Takfir

بسم الله الرحمن الرحيم

Di kajian aqidah tanggal 9 Rabi'ul Awwal 1434 H, 21 Januari 2013 M, Ustadz sempat menceritakan sebagian kisah dan pelajarannya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, selain dikenal dengan madzhab hanbalinya, beliau juga terkenal sebagai Imam Ahlissunnah wal Jama'ah. Di antara sebabnya adalah pembelaan beliau terhadap sunnah dan akidah yang lurus, perjuangan beliau mempertahankan akidah bahwa Al-Quran adalah Kalam Allah, huruf dan maknanya, bukan makhluq.

Memang apa sih hukumnya orang yang mengatakan bahwa Al-Quran itu makhluq? Apa konsekuensinya?

Ditanyakan demikian, Ustadz menjawab: kafir!

Sebagaimana pendapat Imam Ahmad rahimahullah bahwa siapa yang berpendapat bahwa Al-Quran adalah makhluq, maka dia telah kufur.

Akan tetapi pada prakteknya, Imam Ahmad tidaklah mengkafirkan para khalifah yang mereka menetapkan keyakinan Al-Quran makhluq sebagai keyakinan resmi. Sempat ada yang bertanya, apakah sudah saatnya memberontak, beliau menolak dan menyuruh yang bertanya tadi kembali. Bahkan beliau mendoakan kebaikan dan hidayah untuk para khalifah yang berkuasa.

Ustadz pun menjelaskan, takfir atau menyatakan kekafiran, jika ditujukan untuk individu dan personal, tidaklah sama dengan silogisme sederhana.

Di atas disebutkan bahwa meyakini Al-Quran makhluk adalah kekufuran.

Misalnya 'meyakini Al-Quran makhluk adalah kekufuran' premis umum, lalu ada premis khusus 'Fulan mengatakan Al-Quran itu makhluq' maka tidak bisa langsung disimpulkan 'Fulan kafir'.

Mengapa? Karena 'menyatakan suatu perbuatan adalah bentuk kekufuran' dan 'menghakimi kafir orang yang melakukan perbuatan tersebut' adalah dua hal berbeda. Dan hal yang terakhir memiliki metode dan aturan sendiri.

Wallahu A'lam bish-shawaab.

Baca: Al-Qur'an adalah Kalamullah, Bukan Makhluk !!

Minggu, 13 Januari 2013

Moslem Channel dan Itqon Production

بسم الله الرحمن الرحيم

Suka nonton video di YouTube? Kalau begitu, gak ada salahnya kan sesekali mampir mengambil manfaat yang lebih darinya?

Moslem Channel dan Itqon Production adalah dua dari channel-channel youtube yang insya Allah isinya bermanfaat.

Video-videonya cukup menarik dan gak terlalu panjang.


Rabu, 09 Januari 2013

Wasiat Seorang Ibu kepada Putranya

بسم الله الرحمن الرحيم

Nah, setelah sebelumnya nasehat untuk perempuan, ini nasehat untuk laki-laki. Well, bisa untuk perempuan juga sih. Tapi klo gak salah katanya kewajiban laki-laki adalah bakti pada ibu, kalau perempuan pada suami.

Nasehat ini ana copas dari status fb juga, dari akunnya Mas Faqih. Ini dia:

‎(Wasiat seorang ibu kepada putranya)

Wahai putraku yang perkasa

Pada suatu hari diantara hari-hari yang akan datang, kau akan menyaksikanku sebagai orang yang lemah, yang tiada lagi mampu mengutarakan apa kebutuhanku. Sedangkan pada masa itu kau berada dalam masa keemasan.

Maka, berilah aku sedikit waktu, dan sedikit kesabaranmu untuk memahamiku.

Dimasa aku mengangkat makanan dengan kedua tanganku, lalu terkulai jatuh ke dada.

Ketika aku tiada lagi kekuatan untuk memakai pakaianku sendiri.

Maka bersabarlah ketika kau bersamaku di hari itu.

Dan ingatlah apa yang ku ajarkan ini kepadamu tentang apa yang tidak mampu ku lakukan di hari itu.

Yakni, aku tiada lagi mampu berpenampilan rapi, indah, ataupun wangi.

Maka, janganlah engkau mentelantarkanku, ingatlah saat kecilmu aku senantiasa disampingmu dan menjadikan penampilanmu rapi, indah, dan wangi.

Dan janganlah engkau menertawakanku, saat kau saksikan diriku dalam keadaan bodoh, atau tiada cepat paham tentang perkara yang menurut generasimu sepele.

Aku dulu adalah pendidikmu, pengajarmu, tentang bagaimana engkau hidup, tentang apa yang ketahui hari ini dari perkara yang halal dan haram.

Maka jangan kau cemooh aku dimasa lemah ingatanku, lambat ucapanku, berkebalikan dengan ucapanmu.

Ketahuilah, kebahagiaanku saat itu hanya karena aku bersamamu.

Hanya karena kau menyiapkan yang aku butuhkan, maka jangan pernah bosan memahami apa yang aku inginkan pada masa itu.

Biarkanlah saat aku melangkahkan kaki ketempat yang aku inginkan. Tuntunlah aku dengan kedua tanganmu. Ingatlah dimana aku dulu mengajarimu berjalan.

Maka jangan malu untuk menuntunku saat itu, karena suatu saat kau akan menyaksikan dirimu harus dituntun seseorang.

Ketahuilah, dimasa-masa itu aku tiada lagi sesuai dengan generasimu. Aku hanyalah ditengah penantian menunggu kematian. Tetaplah bersamaku jangan mendahuluiku.

Dan ketika kau masa itu kau mengingat kesalahanku dimasa lampau, ketahuilah aku tiada melakukannya kecuali menginginkan kebaikan untukmu.

Dan seutama-utama yang hendaknya kau lakukan adalah, maafkanlah perbuatanku, dan tutuplah auratku.

Semoga Allah mengampunimu dan menutup auratmu.

Ketahuilah, senyummu saat itu tetap menyenangkan hatiku sebagaimana saat ini.

Aku dulu bersamamu saat kau lahir, tetaplah disampingku saat aku menemui kematian.

Penerjemah : Abu Abdillah Faqih
Sumber : Fanspage "Lillahi al 'izzatu walil mu'miniina"

'Perjalanan' Unik Wanita Menuju Surga

بسم الله الرحمن الرحيم

Kali ini ada nasehat, khusus untuk perempuan, dari sebuah status milik akun Ust. Aris D. Ansah

BELUM MENGERTI: Berbeda dengan kaum pria, wanita punya cara unik, khas, identik, dan spesial dalam menempuh 'perjalanan'nya menuju surga. Berbeda dengan laki2 yg (secara syariat) lebih banyak 'terbebani'. Laki2 didorong tuk sholat berjamaah di masjid, sholat jumat, Jihad dll yg tentunya tidak di'bebankan' kepada wanita. Laki2 punya kewajiban menafkahi keluarga, dan berdosa jika tidak menelantarkan, atau mengabaikan kewajibannya.

Bagi wanita, ada sebuah hadits yg menjadi kabar bahagia bagi mereka:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban)

Dari beberapa point di atas, point ketaatan pada suami itu yang sering terabaikan, atau tidak disikapi sebagai sebuah bagian dari beban syariat sebagaimana sholat dan puasa.

Berat...sungguh berat tuk selalu berbakti kepada suami. Kadang suami egois, kadang suami menjengkelkan, kadang mentaati suami benar2 melelahkan. Tetapi suami tetaplah suami...tidak dibebankannya beberapa syariat sebagaimana beban para suami, hendaknya itu disadari sebagai beban syariat pengganti. Sekali lagi berat...sungguh berat... Tapi coba kita simak hadits berikut:

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau mengapa demikian? Rasulullah pun menjawab bahwa diantarantanya karena wanita banyak yang durhaka kepada suaminya. (HR Bukhari Muslim)

DURHAKA...yups, mereka kadang lupa bahwa suami adalah SURGA dan NERAKA baginya. Sebagimana seorang anak kepada kedua orang tuanya. Bahkan jika dibolehkan (sebagaimna dlm sebuah hadits) dikatakan wanita itu layak tuk bersujud kpd suaminya.

"Ok...ok...kami kaum wanita mengerti, tapi suami itu harus juga bisa ngerti kami, begini dan begitu kepada kami, harus gitu gini kepada kami..."

Mbak...jeung...itulah harga yang harus sampean tunaikan. Sadarkanlah suamimu jika salah, bersabarlah dengan suamimu jika keliru...berat, sungguh berat, tapi itulah jalan surga. Dan jalan ke surga. Memang ditaburi oleh sesuatu yg membutuhkan perjuangan.

"Kami faham, kami ngerti...tapi..bla bla bla.."

"Permisi memotong, jika seperti itu ...sepertinya anda memang BELUM MENGERTI"

------------------------------------------------------------------------------------

Untuk laki-laki mana? Ada di post selanjutnya! :D