Jumat, 26 Maret 2010

Tes Wawancara di Jogja - Part 3 - Nasehat.

بسم الله الرحمن الرحيم


Jauh emang dari pelaksanaannya. Tapi emang karena UN dan lain-lain yang bikin gak sempet atau males mosting ane sempetnya baru sekarang. Selain itu, hal ini agak penting untuk ane sendiri.

Sebenarnya pas ane jalan-jalan di Malioboro, ane gak suka suasananya. Beda. Gak betah. Ane bingung kenapa orang suka Malioboro. Pas ane nanya Bapak sih katanya karena udah terkenal dari dulu.

Atau mungkin karena ane belum bener-bener tinggal di sana?

Entah.

Tapi ada dua hal yang Bapak ane nasehatin ke ane berkenaan dengan menjadi mahasiswa:

  • Hati-hati dengan adanya kelompok-kelompok gak bener tertentu yang memang mengincar mahasiswa baru untuk menjadi anggota.
  • Jangan lama-lama kuliah. Klo bisa cepet, kenapa nggak?


Ya, sekarang gak cuman di Jogja tapi di mana-mana ada kelompok-kelompok atau aliran-aliran sesat yang siap menjaring mahasiswa baru. Gak boleh aneh-aneh. Intinya gitu.

Selanjutnya untuk yang kedua, mungkin kurang tepat klo cepet-cepet. Klo terlalu cepet tapi maksa kan gak baik. Yang lebih tepat adalah bersegera. Melihat kondisi dan jika memang bisa jangan ditunda.

Mengakhiri masa SMA, memulai pendidikan tinggi, masih banyak yang harus dilalui...

Tapi ada suatu kemungkinan yang bisa jadi datang melenyapkan itu semua.

Kamis, 11 Maret 2010

Tes Wawancara di Jogja - Part 2 - Pertanyaan(?)

بسم الله الرحمن الرحيم


Dini hari. Getaran bus gak bikin ngantuk ini hilang. Mata berat tapi tetap susah terlelap.

Gelap. Lebih baik buka mata karena di luar juga masih gelap.

Untuk nanti, masih gelap pula.

Gimana UGM itu?

Hmm, beberapa temen ane udah ada di Jogja. Bahkan Opank ngetweet beberapa jam yang lalu, merasakan suasana di kampus UGM. Aziz dan Ina juga udah di sana. Pasti mereka juga udah nyempetin mampir dulu ke UGM.

Gimana temen-temen ane yang lain? Lagi pada ngapain ya?

Dua orang bernama Nanda berangkat malam Sabtu tapi naik kereta. Ningrum dan Rino udah berangkat. Farhan ane sms baru sampe stasiun. Apa mereka siap?

Trus, gimana sama peserta lain dari berbagai sekolah dan daerah?

Apa aja yang bakal ditanyain? Bisakah ane menjawab? Akankah ane lulus?


Untuk tes wawancara, faktor mental sangat penting. Walau gelap, suasana udah kerasa menjelang, menyambut pagi, membantu ane mengusir cemas, memperingan tekanan.

Tapi untuk saat itu ada pertanyaan yang penting: Gimana kita sholat shubuh?

Pertanyaan itu Alhamdulillah mudah karena ada dalam syariat bersuci tanpa air (karena keadaan waktu itu gak memungkinkan) dan shalat di atas kendaraan. Bus ini tadi udah berhenti di peristirahatan dan tampaknya gak bakal berhenti lagi kecuali sampai di tujuan.

-Ane nyari-nyari lagi di internet untuk shalat di atas kendaraan (karena agak males baca buku :p) dan ternyata dikatakan bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Salam tidak pernah shalat di atas kendaraan untuk shalat wajib. Lebih baik turun untuk shalat wajib jika masih ada waktu. Yah, karena waktu dulu kendaraanya unta yang bisa berhenti kapan aja sedang sekarang gak bisa gitu, insya Allah bisa shalat wajib di atas kendaraan. (Sumber silahkan klik di sini)-

Tapi... Kok kayaknya penumpang yang lain dan supir gak terlihat shalat?

*****


Lega. Sejuk. Biasa tapi istimewa. Kesan ini pasti karena sugesti jiwa kepada diri pas ngeliat terminal Jogja yang sepi dan lengang pagi itu. Tapi ane biarin perasaan ini mendominasi untuk menahan dan menekan kecemasan. Membuat hati lebih tenang dan santai.

Santai tapi tetep bergegas. Turun bus ane langsung mandi dan seketika berangkat ke UGM naik ojek yang ternyata ojeknya khusus, terdaftar untuk terminal itu.

Kayaknya ada yang salah sama bahasa Inggrisnya...
Dari Jepretan


Hah! Dan inilah dia... UGM!! (Sayang, niat ane untuk moto-moto pake kamera hape harus terhalang karena baterenya udah lemah).

Tenang... "Masih agak lama dan jangan kebawa perasaan," bisik hati. Untuk itu ane gak langsung ke gedung tempat dilaksanakannya wawancara. Grha Sabha Pramana. Ane liatin gedung itu dari jauh sambil lalu, ke pinggiran kampus nyari warung untuk sarapan.

Agak takut untuk mendekat, tapi akhirnya pasti ke sana juga dan hari itu pasti berlalu. Langsung aja ane dan Bapak menuju Grha Sabha Pramana.

Penuh dan rame, tapi dengan mudahnya ane ketemu sama Opank. Dan, ternyata temen dari SMAnya lagi diwawancara! Rasanya terlalu dekat dan cepat.

Waktu emang terasa cepet, tapi ane mau nenangin diri. Ane menyempatkan shalat dhuha sebelum giliran. Saat berjalan, ane udah mulai menyugesti diri agar tenang. Memasrahkan apa yang bakal terjadi pada Allah. Untuk menguatkan rasa pasrah, ane berbisik dalam hati, "Kamu gagal," dan langsung ane jawab, "Ane gak akan mengurangi rasa syukur dan intensitas ibadah karena kegagalan ini." Dengan kata lain, ane udah siap klo pun emang gagal.

Tapi bukan berarti ane menyerah. Ane semangat! Apalagi setelah shalat ane ketemu sama Aziz dan Nanda. Mereka orangnya gak ribet, gak nanya-nanya, "Gimana nanti?" Jadi ane lebih tenang.

Dan, akhirnya peserta gelombang 9 dipanggil, termasuk ane.

Di dalem luas. Tempat wawancara ternyata adalah bilik-bilik yang di setiap bilik sudah siap dua orang pewawancara. Ane dapet bilik 61. Pewawancaranya Bapak-bapak dan seorang ibu.

"Assalamu'alaikum, Pak," ane langsung aja nyodorin tangan, mendahului bersalaman untuk lebih awal menguasai keadaan. Paling nggak, menguasai diri. "Wa'alaikumussalam," jawab mereka berdua, "Silahkan duduk."

Ane langsung duduk.

Sang Ibu memperlihatkan kartuku sambil menunjuk program studi pilihan keduaku sambil sedikit tersenyum. Apa ada masalah?

Sang Bapak memulai, "Kenapa kamu memilih jurusan matematika?" Mudah, insya Allah. Ini memang sebuah ketertarikan alami dari diri. Aku hanya perlu menjawab bahwa aku suka dan karena rasa suka itu, ingin lebih memperluas wawasan tentang matematika. Terutama dalam pengembangan pola pikir dan logika.

"Kenapa kamu suka matematika?" Apakah masih perlu dijelaskan? Atau jawaban tadi kurang memuaskan? Gak boleh takut, ane harus jawab sebenarnya. Dan tentu gak ada masalah dengan kebenaran bukan? Ane tertarik dari kecil mengoperasikan angka-angka, mengotak-ngatik soal hingga ketemu penyelesaiannya, membolak-balik variabel yang harus dicari nilainya. Apalagi ane pernah mendengar istilah 'Dimensi-N' dari seorang pengajar matematika yang bikin penasaran. Apa dimensi-N itu?

Kemudian Sang Ibu bertanya, "Kenapa di pilihan kedua kamu memilih jurusan elektronika dan instrumentasi?" Sang Bapak menambah, "Apa kamu asal isi?"

Asal? Tentu aja nggak. Emang gak terlalu tertarik dengan jurusan itu, tapi setelah ane liat-liat jurusan lain, hanya itu yang nyangkut di hati.

Setalh itu kukira mereka hanya bertanya basa-basi. Tentang nilai. Pekerjaan orang tua. Apakah aku senang bekerja dengan alat sehingga memilih jurusan elektronika dan instrumentasi sebagai pilihan kedua. Bagaimana cara guru mengajarkan matematika di kelas. Mana yang paling disukai. Sampai, kira-kira klo nanti keterima, apa aja yang bakal dipelajari saat kuliah. Apa ya?

Ane sedikit bingung karena emang gak tahu. Tapi guru ane pernah iseng ngasih persoalan matematika untuk dipecahkan yang sebenarnya itu adalah PR yang diberikan oleh dosennya. Ane juga pernah denger pas sang guru menyeritakan temannya membuat program aplikasi komputer untuk pengajaran geometri. Tapi ane lupa, guru ane kuliahnya pendidikan matematika! Bukan matematika murni!

Huft, ane langsung ngalihin gimana biar pas.

Dan, akhirnya selesai!

Selasa, 09 Maret 2010

Tes Wawancara di Jogja - Part 1 - Berangkat!!

بسم الله الرحمن الرحيم


Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh!

Apa kabar? Mudah-mudahan di awal Maret ini pada baik-baik aja walau masih ada kehambaran dari dunia politik dan kesedihan duka-duka yang tak kunjung selesai.

Yah, semoga yang gajian gajinya banyak dan berkah, yang lagi persiapan untuk ujian di akhir bulan, usahanya berkah, juga yang mengikuti berbagai kegiatan seleksi perguruan tinggi di awal Maret ini, Allah lancarkan dan berikan yang terbaik.

Hehe, untuk bagian terakhir doa tadi, selain untuk temen-temen, ane juga mendoakan diri sendiri. Karena eh karena, Ahad, tanggal 7 Maret 2010 kemaren ada tes wawancara PBS UGM yang Alhamdulillah ane lolos tes tertulisnya. Berhubung tes wawancaranya langsung diadain di kampus UGM, jadilah ane dan temen-temen yang lolos kmaren menyempatkan diri berwisata satu, dua, atau paling lama tiga hari ke Jogjakarta!

Ane dan temen-temen berangkatnya mencar, sendiri-sendiri. Susah juga klo mau berangkat bareng. Alasan ane sendiri karena Bapak mau ikut dan Sabtu siangnya ada acara jadinya baru bisa berangkat sorenya. Padahal Sabtu pagi beberapa temen udah ada yang di sana.

Tapi gak masalah, berangkat sore pun nggak apa-apa! Walau naik bus yang bikin capek tapi tetep harus berangkat. YANG PENTING KITA JADI KE JOGJA INSYA ALLAH UNTUK WAWANCARA!! Hehehe...

Ternyata sorenya setelah berada di stasiun Bekasi, BUS KE JOGJANYA TELAT! Wah, harus ngademin diri. Melalui hape yang pulsanya lumayan sms-in beberapa sodara untuk mnta doa, sms ke temen sekolah yang lagi ngaji, gak lupa dan paling penting, ane akses situs yang rame: Twitter!


Ane tulis tweet ane, minta doa temen-temen. Ternyata lumayan juga tweeps yang udah ngetweet ngedoain keberhasilan bagi yang wawancara PBS UGM. Ah! Subhanallah, jadi semangat. Gak perlu nulis dulu, copas tweet doanya, tulis 'Syukran' trus retweet!

Hmm, akhir-akhir ini emang banyak yang bilang ke satu sama lain untuk saling mendoakan. Iyalah, doa itu senjata kan? Untuk ngehadepin ujian-ujian yang emang banyak ini kita harus mempersenjatai diri dengan ikhtiar, termasuk doa dan minta didoakan, lalu tawakal.

Cuman kayaknya temen-temen di sekolah perlu dikasih tau suatu hal. Bahwa termasuk doa yang mustajab itu adalah doa seorang Muslim bagi saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya yang didoakan tadi.

Dari Abu Darda' bahwa dia berkata bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata : "Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan". [Shahih Muslim, kitab Doa wa Dzikir bab Fadli Doa fi Dahril Ghalib].Ngopas dari sini



Bukan berarti klo temen atau saudara yang kita doakan tahu nanti doanya gak terijabah, tapi lebih baik seperti itu karena dalilnya jelas menunjukkan keutamannya. Jadi bukan berarti gak boleh bilang-bilang ya! Bahkan klo liat secara harfiah di atas yang penting gak dihadapan saudaranya.

Dari apa ya?


Alhamdulillah... Syukran doa dan dukungannya temen-temen! (Ane klo di kehidupan nyata agak malu untuk ngucapin makasih kepada orang-orang yang nyemangatin dan ngedukung. Ane berusaha untuk mengungkapkan dan minimal dari sini).

Akhirnya bus yang ditunggu dateng. Telat (banget) emang, tapi ane yakin esok harinya pasti nyampe, insya Allah.

Berhubung udah lama ane gak naik bus malam untuk perjalanan jauh, waktu itu ane muasin diri ngeliatin pinggir jalan, apalagi klo udah di jalan tol. Entah bagi antum dapi bagi ane cukup bagus untuk dinikmati. Lampu-lampu dari kendaraan-kendaraan yang melewati bus atau lampu-lampu dari perumahan yang jauh di sana. Itu objek dari pinggir jalan favorit ane. Selain itu? Kayaknya enggak. Apalagi klo sengaja ngeliatin perempuan.

Walau ane ngeliat ke luar jendela, twitteran tetep jalan! Dan karena malem Ahad, pasti twitter dan fb jadi rame. Perjalanan gak bakal ngebosenin!

Berlanjut malam, udah berbagai daerah dilewati dan banyak kalimat yang ane tweet, ane dikagetin sama salah satu tweet di timeline dari Mas @TioAlexander penulis blog Un2kmu.

Dari apa ya?


Astaghfirullah... Antum bisa baca beritanya di sini.

WTF!! (kepanjangannya 'What The Fact!' lho, jangan yang lain. Walau sebenarnya kalimat ini lebih ke rasa kagum atau heran, yah dari pada yang laen...).

Jadi, semalaman ane bantu aja untuk ngangkat itu berita. #dukungROHIS!!

Bolak-balik, Fb-Twitter, untuk ngomen temen-temen yang repost atau retweet dan gak kerasa pulsa kesedot lumayan banyak... Untuk #dukungROHIS, ane rela!

Seterusnya nyampe pagi gak ada yang istimewa. Berhenti bentar untuk rehat dan sholat. Ane dan Bapak menjama' ta`khir.

Ane mau ngelanjutin. Insya Allah bisa...