
Malem ini ngantuk, tugas bagian depan LKS, jenis 'Lembar Kratifitas Siswa' yang sebenarnya bikin males tapi ane harus bersabar mengerjakannya udah lebih separo insya Allah.
Tapi hari ini ada hal istimewa untuk dibagi, yang bikin ane semangat membuka halaman browser untuk mengakses blogger, mengetik huruf per huruf sembari membayangkan kembali kegiatan tadi terulang dalam benak dan mencoba merasakan lagi apa saja yang terlintas dalam hati. Memostingnya untuk berbagi...
Tapi hari ini ada hal istimewa untuk dibagi, yang bikin ane semangat membuka halaman browser untuk mengakses blogger, mengetik huruf per huruf sembari membayangkan kembali kegiatan tadi terulang dalam benak dan mencoba merasakan lagi apa saja yang terlintas dalam hati. Memostingnya untuk berbagi...
Ifthar Jama'i bersama ikhwan dan akhwat dari Rohis beberapa SMA atau sederajat se-Bekasi Selatan, untuk ini ane bingung ungkapan apa yang cocok karena sebenarnya ada perasaan kurang suka, tapi bagian menarik terjadi saat acara ini berlangsung.
Bagian itu terjadi saat pemberian materi motivasi, lebih tepatnya saat Pak Trainer mengadakan sesi di mana para peserta diminta membuat kelompok untuk tiap orang di dalamnya menceritakan prestasi yang paling membanggakan.
Suasana Perpustakaan Darul Ulum Islamic Center Bekasi sepertinya agak panas yang membuat gerah, kondisi yang kurang pas. Tapi ane, yang disuruh jadi moderator dadakan melihat dari depan beberapa peserta yang tetap antusias bercerita.
Yah, harus disebutkan juga mungkin sebagian yang bosan dan kurang tertarik atau hanya ikut tanpa inisiatif menanamkan materi pada usahanya.
Setelah sekitar sepuluh menit, kelompok yang ditunjuk harus memilih salah seorang yang prestasinya paling keren untuk maju, berbicara, memberi tahu semua yang hadir tentang prestasinya.
Pak Trainer bergerak ke depan-belakang memilih kelompok. Satu persatu kelompok mengirim utusannya berbicara, hingga Pak Trainer ke bagian belakang lagi, memilih salah satu kelompok akhwat.
Ternyata yang diutus adalah salah seorang akhwat satu sekolah, di Facebook sekarang ini dia memberi nama Asy-Syahid di belakang namanya.
Sebenarnya ane udah tau klo dia yang maju, prestasi apa yang bakal dia angkat (tentu tidak boleh dengan rasa sombong) karena pernah baca tulisan di blognya yang lama.
Ane akui, prestasinya luar biasa.
Saking luar biasanya, sesuatu dari hatinya membuat kedua matanya mengalirkan air mata...
Ya, butuh beberapa menit sampai dia bisa tenang untuk memulai berbicara.
Apa prestasinya itu?
Ya Ikhwati Fillah, prestasi tersebut adalah melakukan suatu kewajiban yang sekarang ini terlalu banyak dilalaikan, dianggap hanya suatu budaya dan ditinggalkan. Bahkan jika bisa dibilang banyak yang melakukan kebalikannya!!!
Perintah Allah nan Agung lagi Mulia tersebut adalah: berhijab serta berubah untuk menjadi seorang Muslim (klo dia Muslimah) yang baik...
Ane rada kesel ama beberapa akhwat yang sepintas terdengar mengatakan hal yang serupa dengan, "Cuma segitu...?" karena sebenarnya ini adalah masalah hidayah yang amat besar!!!
Entah apa yang sebenarnya yang dia rasakan kala itu, tapi yang 'nyampe' ke hati ane (baca: yang ane kira dia lagi rasakan) adalah rasa syukur yang sangat dan betapa spesialnya prestasi tersebut walau saat itu ia tengah berada di sekitar dua puluhan akhwat yang sudah terbiasa memakai kerudung.
Atau mungkin teringat saat belum memakai hijab.
Jika betul yang terakhir, mudah-mudahan manisnya iman yang ia rasakan juga dapat kita nikmati?
Ya, karena bukankah salah satu orang yang merasakan manisnya iman adalah orang yang tidak mau kembali kepada kufur sebagaimana ia pun benci masuk neraka?
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dia berkata, " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, artinya,
Sedangkan keadaan sebelumnya tidak separah kekafiran dan itu telah membuat adanya air mata yang berlinang?
Hmm... Itu kesimpulan ane sendiri memang, entah apa bisa dipakai atau tidak, tapi setidaknya itu memberikan motivasi dalam diri ane.
Saat ia terus berbicara, ane rasa suasana menjadi sedikit hening...
Sebenarnya ada juga ikhwan yang prestasinya sama nilanya bahkan mungkin lebih.
Percaya atau tidak, menurut pengakuannya, sebelumnya ia belum percaya akan keberadaan Allah dan beranggapan bahwa setelah kematian tidak akan ada apa-apa lagi.
Seperti bukan orang Islam, bahkan seperti atheis, padahal kala itu ia sudah memeluk Islam.
Bukti bahwa kini ilmu tentang aqidah yang merupakan inti dari Islam amat terasing, walau tidak separah sampai kebanyakan berangggapan seperti yang barusan.
Ia mengakui akan kebenaran keberadaan Allah dan Hari Kiamat setelah bertemu dengan beberapa guru yang menasihatinya.
Hanya saja benar-benar membuat panas hati saat ada yang bilang, "Lebay..."
Padahal seharusnya kita benar-benar menghargainya, memberinya dorongan serta belajar darinya akan mahalnya nilai hidayah.
Mungkin faktor penampilan? Entah...
Tapi yang pasti seharusnya kita harus melihat sisi hikmahnya karena hikmah bagi mu`min itu bagaikan hukum barang hilang: di mana pun ia menemukannya, ia berhak mengambilnya.
Ane teringat atsar Ali Bin Abi Thalin Radhiyallahu 'Anhu:
Untuk kedua orang di atas, ane kagum akan kesadaran antum akan betapa berharganya hidayah yang kini di dapat, walau diri masih jauh dari 'baik', mudah-mudahan ane juga menyadarinya.
Serta bangga walau itu bagi orang lain remeh...
Ane teringat suatu momen, saat sang akhwat masih berbicara, ada yang bertakbir dari belakang.
Sejujurnya ane juga dari tadi memiliki keinginan untuk bertakbir, keinginan yang muncul tiba-tiba.
Saat ia benar-benar selesai, ada yang bertakbir lagi, takbir yang membuat ane refleks bertakbir juga,
P.S.: Blognya akhwat yang satu sekolah itu masih ada ternyata, tapi gak ane kasih tautannya soalnya ada foto-fotonya. Ohya, dia kayaknya juga harusnya ngikutin Yakurai dalam masalah foto di Facebook, coba lihat fotonya yang dipasang di blog Yakurai, cantik kan? Hehehe...
Ya, untuk sekarang cantikkan begitu, karena keindahannya yang sebenarnya hanya untuk suaminya kelak...
Semoga semua ikhwan dan akhwat mendapatkan hidayah taufiq untuk menjadi Muslim/Muslimah sejati serta memperoleh pasangan yang tampan/cantik plus shalih/shalihah serta dapat menghantarkan ke surga...
Allahumma Amiin...
Bagian itu terjadi saat pemberian materi motivasi, lebih tepatnya saat Pak Trainer mengadakan sesi di mana para peserta diminta membuat kelompok untuk tiap orang di dalamnya menceritakan prestasi yang paling membanggakan.
Suasana Perpustakaan Darul Ulum Islamic Center Bekasi sepertinya agak panas yang membuat gerah, kondisi yang kurang pas. Tapi ane, yang disuruh jadi moderator dadakan melihat dari depan beberapa peserta yang tetap antusias bercerita.
Yah, harus disebutkan juga mungkin sebagian yang bosan dan kurang tertarik atau hanya ikut tanpa inisiatif menanamkan materi pada usahanya.
Setelah sekitar sepuluh menit, kelompok yang ditunjuk harus memilih salah seorang yang prestasinya paling keren untuk maju, berbicara, memberi tahu semua yang hadir tentang prestasinya.
Pak Trainer bergerak ke depan-belakang memilih kelompok. Satu persatu kelompok mengirim utusannya berbicara, hingga Pak Trainer ke bagian belakang lagi, memilih salah satu kelompok akhwat.
Ternyata yang diutus adalah salah seorang akhwat satu sekolah, di Facebook sekarang ini dia memberi nama Asy-Syahid di belakang namanya.
Sebenarnya ane udah tau klo dia yang maju, prestasi apa yang bakal dia angkat (tentu tidak boleh dengan rasa sombong) karena pernah baca tulisan di blognya yang lama.
Ane akui, prestasinya luar biasa.
Saking luar biasanya, sesuatu dari hatinya membuat kedua matanya mengalirkan air mata...
Ya, butuh beberapa menit sampai dia bisa tenang untuk memulai berbicara.
Apa prestasinya itu?
Ya Ikhwati Fillah, prestasi tersebut adalah melakukan suatu kewajiban yang sekarang ini terlalu banyak dilalaikan, dianggap hanya suatu budaya dan ditinggalkan. Bahkan jika bisa dibilang banyak yang melakukan kebalikannya!!!
Perintah Allah nan Agung lagi Mulia tersebut adalah: berhijab serta berubah untuk menjadi seorang Muslim (klo dia Muslimah) yang baik...
Ane rada kesel ama beberapa akhwat yang sepintas terdengar mengatakan hal yang serupa dengan, "Cuma segitu...?" karena sebenarnya ini adalah masalah hidayah yang amat besar!!!
Entah apa yang sebenarnya yang dia rasakan kala itu, tapi yang 'nyampe' ke hati ane (baca: yang ane kira dia lagi rasakan) adalah rasa syukur yang sangat dan betapa spesialnya prestasi tersebut walau saat itu ia tengah berada di sekitar dua puluhan akhwat yang sudah terbiasa memakai kerudung.
Atau mungkin teringat saat belum memakai hijab.
Jika betul yang terakhir, mudah-mudahan manisnya iman yang ia rasakan juga dapat kita nikmati?
Ya, karena bukankah salah satu orang yang merasakan manisnya iman adalah orang yang tidak mau kembali kepada kufur sebagaimana ia pun benci masuk neraka?
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dia berkata, " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, artinya,
"Ada tiga hal, yang jika tiga hal itu ada pada seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman. (Yaitu); Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya; Mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah; Benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan darinya, sebagaimana bencinya jika dicampakkan ke dalam api." (Muttafaq 'alaih)
Sedangkan keadaan sebelumnya tidak separah kekafiran dan itu telah membuat adanya air mata yang berlinang?
Hmm... Itu kesimpulan ane sendiri memang, entah apa bisa dipakai atau tidak, tapi setidaknya itu memberikan motivasi dalam diri ane.
Saat ia terus berbicara, ane rasa suasana menjadi sedikit hening...
Sebenarnya ada juga ikhwan yang prestasinya sama nilanya bahkan mungkin lebih.
Percaya atau tidak, menurut pengakuannya, sebelumnya ia belum percaya akan keberadaan Allah dan beranggapan bahwa setelah kematian tidak akan ada apa-apa lagi.
Seperti bukan orang Islam, bahkan seperti atheis, padahal kala itu ia sudah memeluk Islam.
Bukti bahwa kini ilmu tentang aqidah yang merupakan inti dari Islam amat terasing, walau tidak separah sampai kebanyakan berangggapan seperti yang barusan.
Ia mengakui akan kebenaran keberadaan Allah dan Hari Kiamat setelah bertemu dengan beberapa guru yang menasihatinya.
Hanya saja benar-benar membuat panas hati saat ada yang bilang, "Lebay..."
Padahal seharusnya kita benar-benar menghargainya, memberinya dorongan serta belajar darinya akan mahalnya nilai hidayah.
Mungkin faktor penampilan? Entah...
Tapi yang pasti seharusnya kita harus melihat sisi hikmahnya karena hikmah bagi mu`min itu bagaikan hukum barang hilang: di mana pun ia menemukannya, ia berhak mengambilnya.
Ane teringat atsar Ali Bin Abi Thalin Radhiyallahu 'Anhu:
Lihatlah pada apa yang diucapkan dan jangan kau lihat siapa yang mengucapkan
Untuk kedua orang di atas, ane kagum akan kesadaran antum akan betapa berharganya hidayah yang kini di dapat, walau diri masih jauh dari 'baik', mudah-mudahan ane juga menyadarinya.
Serta bangga walau itu bagi orang lain remeh...
Ane teringat suatu momen, saat sang akhwat masih berbicara, ada yang bertakbir dari belakang.
Sejujurnya ane juga dari tadi memiliki keinginan untuk bertakbir, keinginan yang muncul tiba-tiba.
Saat ia benar-benar selesai, ada yang bertakbir lagi, takbir yang membuat ane refleks bertakbir juga,
ALLAHU AKBAR!!!
P.S.: Blognya akhwat yang satu sekolah itu masih ada ternyata, tapi gak ane kasih tautannya soalnya ada foto-fotonya. Ohya, dia kayaknya juga harusnya ngikutin Yakurai dalam masalah foto di Facebook, coba lihat fotonya yang dipasang di blog Yakurai, cantik kan? Hehehe...
Ya, untuk sekarang cantikkan begitu, karena keindahannya yang sebenarnya hanya untuk suaminya kelak...
Semoga semua ikhwan dan akhwat mendapatkan hidayah taufiq untuk menjadi Muslim/Muslimah sejati serta memperoleh pasangan yang tampan/cantik plus shalih/shalihah serta dapat menghantarkan ke surga...
Allahumma Amiin...